PWMU.CO – Tidak ada darah biru di Muhammadiyah, statemen ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paciran Bidang Pendidikan Kader dan Seni Budaya dan Olahraga (SBO), Shodikin Hamim MPdI di acara Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah (DANA) I Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah PCNA di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Ikhlas Banjarwati, Paciran, Rabu (3/7/2024).
Pria asli Kranji Paciran ini menjadi pemateri di hadapan 48 peserta dan 22 panitia.
Menurut pria kelahiran 18 Agustus 1975, “Ada 5 M yang menjadi strategi pergerakan Muhammadiyah.”
“M yang pertama adalah Manhaj sebagai bagian dari paham keagamaan Muhammadiyah, karena Muhammadiyah tidak bermazhab,” kata ayah tiga anak ini.
Lanjutnya, M kedua adalah Man Power atau kekuatan sumber daya manusia. M ketiga adalah Manajemen atau dalam istilah yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah good government dan clean government (tata kelola organisasi yang baik dan bersih/akuntabel).
Sedangkan M yang keempat adalah Meritocratic, atau sistem filosofis yang didasari bahwa jabatan dapat diemban oleh siapapun berdasarkan prestasi atau keunggulan individu, sehingga dari situ di Muhammadiyah tidak ada darah biru
semua darahnya merah.
“Jadi tidak ada orang yang yang mendapat jabatan hanya karena modal hubungan darah, tapi semuanya itu berproses.”
Strategi M terakhir atau yang kelima adalah Mutualistic partnership atau kemitraan yang bersifat saling menguntungkan. Strategi networking yang luwes. “Itulah Muhammadiyah sehingga bisa tetap eksis sampai 100 tahun lebih.”
Pengajar Mts Muhammadiyah 17 Kranji Paciran ini juga menegaskan bahwa di Muhammadiyah, jabatan diemban sesuai dengan prestasi atau kemampuan, bukan karena keturunan atau tidak ada darah biru di Muhammadiyah.
“Jauhi Islam Sontoloyo: Mudah mengkafirkan orang, taklid buta, dan lain-lain. Jangan hanya beramal shalih, tapi beramal lah mushlih agar pahala jariyah mengalir,” pungkasnya. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan