PWMU.CO – Emas dinilai sebagai komoditas yang memiliki harga stabil. Untuk itu banyak yang memberikan usulan dana haji diinvestasikan dalam komoditas ini. Namun, Pakar ekonomi Islam Unair, Leo Herlambang tidak setuju dengan usulan tersebut. Karena, meskipun cenderung stabil dibandingkan dengan komoditas lain, tapi investasi pada emas tetap berisiko mengalami kerugian.
“Emas itu juga komoditas. Emas harganya juga naik-turun. Kalau ada dana Rp 100 triliun sekarang dibelikan emas, maka beberapa tahun mendatang belum tentu harga emas sama dengan saat ini. Iya kalau naik, kalau turun? Akibatnya akan ada kekurangan biaya haji. Akhirnya malah repot,” kata Leo dalam acara Pengajian Tarjih di Gedung PWM Jawa Timur, Ahad (10/9), yang diadakan Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim.
Dia juga berpandangan bahwa dana haji sebaiknya harus bermanfaat bagi umat. “Kalau beli emas, pengaruhnya untuk masyarakat apa? Kita ini kebanyakan emosional. Pokoknya harus syariah. Saya setuju. Tapi harus bermanfaat juga. Jangan mengendap. Itu malah menyalahi ajaran Islam, yakni menyia-nyiakan uang,” urainya.
(Baca: Inilah Ciri-Ciri Haji yang Mabrur, di Antaranya Dilihat dari Cara Bermedsos)
Tapi, lanjut Leo, menginvestasikan dana haji pada emas juga tidak sepenuhnya salah. Tapi, jangan sampai semua diinvestasikan di komoditas ini. “Mungkin sepuluh persen ditaruh di emas, jangan ke emas semua. Pertanyaannya lagi, bisa tidak mengira-ngira harga emas terendah?” kata Leo.
Pemerintah saat ini sudah membentuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Untuk itu, Leo mengatakan masyarakat harus mempercayakan semua pengelolaan keuangan haji dipercayakan kepada lembaga tersebut. Jika ada kesalahan dalam pengelolaan tersebut, maka harus dikritik. Jika sudah melampaui batas, bisa juga diberikan sanksi.
“Jadi, uang itu mau diletakkan dimana? Tergantung BPKH. Kita percayakan saja sepenuhnya. Yang penting tidak menyalahi syariat dan tidak merugikan,” tuturnya. (ilmi)