PWMU.CO – Masyarakat pada umumnya memahami istitaah haji sebagai kemampuan ekonomi seseorang untuk melaksanakan rukun Islam ke lima tersebut.
Padahal makna istitaah juga meliputi ilmu dan kesehatan. Dan Indonesia boleh bangga sebagai negara pengirim kafilah haji terbesar di dunia, sekitar 221 ribu orang. Namun di balik kebanggaan tersebut terdapat hal-hal yang patut menjadi keprihatian bersama, yaitu banyaknya jamaah usia lanjut yang risti (risiko tinggi kesehatan) dan sangat awam tentang fikih haji.
(Baca: Inilah Ciri-Ciri Haji yang Mabrur, di Antaranya Dilihat dari Cara Bermedsos
Seperti yang diceritakan Dr Syamasuddin MA, Petugas Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Kloter 70 SUB, pada PWMU.CO, Ahad, (10/9).
“Kami datang di Bandara King Abdul Aziz Jeddah Selasa pagi tanggal 22 Agustus 2017. Di tempat tersebut jamaah mengenakan kain ihram dan berihlal, artinya menjadikan bandara Jeddah sebagai miqat makani,” ungkap dosen UINSA Surabaya itu.
Setelah cukup istirahat di hotel, lanjutnya, bakda isyak jamaah berhamburan menuju Masjid Al Haram untuk melaksanakan umrah. “Umrah selesai tengah malam. Dan jamaah pun kembali ke hotel,” ucapnya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu terkejut saat tiba di hotel. “Pasalanya, setelah kami mengecek kembali kesempurnaan ibadah umrah para jamaah, ternyata ada puluhan yang setelah selesai melaksanakan thawaf langsung pulang ke hotel. Tidak melanjutkan sai dan cukur rambut,” kata dia.
(Baca juga: Alarm Hotel Meraung-raung, Jamaah Haji pun Berhamburan Turuni Tangga Darurat)
Sebagai petugas TPIHI yang bertanggungjawab atas kesempurnaan ibadah para jamaah, Syamsuddin akhirnya mengajak mereka kembali ke Masjid Al Haram untuk menyempurnakan umrahnya itu.
Yang juga unik, merasa puas menuntaskan ibadahnya, jamaah yang rata-rata berusia lanjut tersebut bermaksud memberikan hadiah uang kepada Syamsuddin dan kawan-kawan. “Kami para petugas, dengan halus menyampaikan bahwa sudah menjadi kewajiban untuk membimbing ibadah jamaah. “Simpan saja uangnya untuk beli oleh-oleh bagi cucu di rumah,” ucap Syamsuddin.
Ah, indahnya menjadi petugas, meskipun penat terasa nikmat. Insyaallah mabrur Ustadz! (MN)