Dosen Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Lud Waluyo MKes. (Istimewa/PWMU.CO)
PWMU.CO – Meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi, limbah domestik yang berasal dari masyarakat semakin mengkhawatirkan. Tidak hanya menyebabkan pencemaran lingkungan, tetapi dampak limbah cair yang sebagian besar berasal dari rumah tangga ini juga membawa berbagai penyakit menular melalui air yang terkontaminasi.
Menyikapi permasalahan ini, Dr Lud Waluyo MKes selaku Dosen Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) turut memberikan inovasi dalam mengatasi limbah cair domestik melalui pemanfaatan mikroba.
Pemanfaatan Isolat Mikroba
“Limbah cair domestik memerlukan penanganan khusus. Limbah ini harus dikontrol dan diolah sebelum dibuang agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan” ujar Dr Lud.
“Terutama karena kandungan bahan kimia berbahaya di dalamnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa limbah rumah tangga mengandung sisa-sisa buangan yang mudah terurai dan tidak mudah terurai. Adapun zat yang tidak mudah terurai adalah zat pembunuh kuman dan serangga, sisa detergen dan pestisida. Maka dari itu, memerlukan pendekatan khusus untuk dapat terurai secara efektif.
Secara mikrobiologi, salah satu upaya menangani hal tersebut adalah dengan memanfaatkan isolat mikroba asli (indigen) yang berpotensi dapat menguraikan limbah. Melalui penelitian ini, Dr Lud juga berusaha untuk mempercepat proses penguraian limbah menggunakan mikroba yang terbukti dapat mengurangi waktu penguraian limbah hingga hanya dalam waktu seminggu.
Penelitian ini menggunakan konsorsium mikroba, yaitu perpaduan lebih dari dua jenis bakteri yang bekerja sama dalam menguraikan limbah.
Dalam penelitian ini, empat jenis bakteri yang telah teruji menunjukkan kinerja efektif dalam menguraikan komponen limbah seperti karbohidrat, lemak, dan protein yang menjadi penyebab bau tidak sedap. Dengan terurainya protein, bau tidak sedap yang biasanya timbul dari limbah cair dapat hilang.
Kandungan Limbah
Limbah rumah tangga tidak hanya mengandung karbohidrat, lemak, dan protein, tetapi juga logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Logam berat dalam konsentrasi kecil dapat mematikan mikroba, namun mikroba dalam penelitian ini mampu bertahan dan menguraikan limbah meski dalam kondisi yang mengandung logam berat.
“Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk berbagai jenis limbah cair domestik, misalnya limbah comberan, air mandi, detergen, bahkan septic tank” terang Dr Lud. “Selain itu, formula konsorsium inokulum itu juga bisa bertindak sebagai biopestisida hayati karena mampu mematikan patogen” tambah Pria yang meraih gelar S3 dari Universitas Airlangga tersebut.
Menariknya, penelitian yang oleh Dosen Biologi UMM ini mendapatkan pendanaan dari Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT). Selain itu, inovasi ini berpotensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut dalam pengelolaan limbah industri yang memiliki beban pencemaran lebih berat.
“Limbah yang diuraikan oleh bakteri kemudian dapat diuraikan lebih lanjut oleh tumbuhan air sebelum dibuang ke lingkungan. Proses ini tidak hanya efektif dalam mengurangi polusi tetapi juga dalam memitigasi dampak logam berat yang seringkali menjadi penyebab masalah kesehatan seperti autisme pada anak-anak” pungkasnya. (*)
Penulis Hassanal Wildan, Editor Danar Trivasya Fikri