Dan baru setelah lulus SMA, Badrodin Haiti melanjutkan ke pendidikan umum dan diterima di AKABRI Kepolisian, tahun 1978. Sedang saudara lainnya banyak yang menjadi guru – Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Kalau urusan sekolah anak-anaknya, beliau tidak bisa ditawar. Anak-anaknya harus masuk sekolah agama, ke pesantren atau madrasah. Tapi soal pekerjaan beliau memberi kesempatan boleh bekerja di mana saja,” tutur H Lukman Haiti, putra kedua almarhum yang kini melanjutkan perjuangan abahnya, dengan aktif berdakwah dan menggerakkan PCM Paleran, Jember.
KH. Achmad Haiti yang wafat di usia 97 tahun, setelah beberapa hari dirawat di RS Jember Klinik, Senin (10/3/2014). Selama hidupnya dikenal sebagai tokoh yang merintis pendirian Persyarikatan Muhammadiyah di Jember, khususnya di wilayah Paleran (Umbulsari) dan sekitarnya. Hasil rintisan dan perjuangannya, kini berdiri Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paleran dengan berbagai amal usahanya. Diantaranya amal usaha di bidang pendidikan, berupa TK ABA, SD, SMP, SMK Muhammadiyah, sejumlah masjid/mushalla, serta beberapa bidang tanah waqaf yang dikelola Muhammadiyah.
(Baca:Dua Kyai Lahirkan Tokoh Nasional Penerima PWI Jatim Award)
Sejatinya, Achmad Haiti yang lahir tahun 1917, pada masa mudanya pergi meninggalkan rumah tanpa pamit pada orangtuanya di Sempyuh, Banyumas, Jawa Tengah. Saat itu, dia hanya diasuh oleh ibundanya, karena abahnya sudah meninggal di tanah suci Makkah, saat Haiti masih dalam kandungan. “Jadi, Bapak sejak kecil sudah yatim. Beliau sempat menangis haru, saat tiba di Tanah Suci, karena teringat Mbah Kakung (Abahnya) yang wafat di Makkah,” lanjutnya.
Menurut Lukman, karena ada masalah di keluarga besarnya di Banyumas, ayahnya (Achmad Haiti) memilih meninggalkan rumah. Tanpa pamit, Achmad Haiti muda, memilih merantau ke sebuah desa, di Kecamatan Wuluhan, Jember. Bukannya tanpa tujuan, Achmad Haiti memilih menetap dan bermukim di sebuah Pondok Pesantren Salaf, di Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
selanjutnya halaman 03 …