PWMU.CO – Hari pertama agenda International Conference on Paths of Peace mulai dibuka pada Ahad sore (10/9), di Halle Munsterland, Munster, Jerman. Pembukaan diikuti sekitar seribu peserta conferensi dan relawan Community of Sant’Egidio dari 37 negara. Hall Munsterland yang menjadi pusat arena pembukaan pun terasa gegap gempita.
Hadir secara langsung untuk membuka acara Prof Andrea Riccardi (Pendiri Community of Sant’Edio). Pembicara kunci (keynote speech) disampaikan oleh Angela Merkel (Chancellor Jerman), Mahamadou Issoufou (Presiden Nigeria), Prof Antonio Tajani (Presiden Parlemen Eropa), dan Ahmad Muhammad Al-Tayyeb (Grand Imam Al-Azhar).
Para pembicara kunci menyampaikan pentingnya mewujudkan perdamaian dunia. Menjadi tugas utama tokoh-tokoh agama yang diundang Community of Sant’Egidio untuk menebar kedamaian sekaligus mencegah ekstrimisme dan terorisme. Strategi yang bisa dilakukan adalah dialog kebudayaan melalui forum-forum internasional dan aksi-aksi kemanusiaan secara riil.
(Berita terkait: Wakili Muhammadiyah dalam Pertemuan Lintas Agama di Jerman, Biyanto Tak Lupa Bahas Rohingya)
Tampil sebagai pembicara kunci yang terakhir, Syaikh Al-Azhar Muhammad Al-Tayyeb yang menyampaikan pesan-pesan perdamaian dalam bahasa Arab. Dalam sambutannya, Syaikh Al-Azhar menyampaikan kilas balik hubungan Islam dan Barat. “Dunia Islam telah berjasa besar menjaga dan mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan Yunani,” jelasnya.
Melalui usaha penerjemahan karya-karya Yunani dalam bahasa Arab, tambah Syaikh Al-Azhar, dunia Barat akhirnya belajar berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat dari filsuf Yunani. “Bahkan dunia Barat juga membangun peradabannya dari khazanah Yunani yang diselamatkan filsuf-filsuf Muslim.”
“Intinya, capaian peradaban Barat saat ini tidak bisa dilepaskan dari jasa dunia Islam. Islam jelas berkontribusi besar dalam pembangunan peradaban Barat,” begitu ditegaskan Syaikh Al-Azhar. Karena itu, Syaikh meminta dunia Barat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan yang terjadi di dunia Islam. Ditegaskan Syaikh, ketakadilan merupakan faktor pemicu munculnya radikalisme.
(Baca juga: PJB Salurkan Bantuan Rp 55 Juta untuk Rohingya Lewat Lazismu Jatim)
Syaikh juga menyinggung bencana kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar. Syaikh meminta dunia Barat membantu secara langsung menyelesaikan insiden pembantaian komunitas Muslim Rohingya.
Pernyataan Syaikh Al-Azhar ini mendapat sambutan luar biasa dari hadirin. Salah satu tokoh agama yang hadir, Prof Din Syamsuddin, mengapresiasi pernyataan Syaikh yang tegas dan berani. “Apalagi pernyataan itu dikemukakan di forum internasional yang dihadiri sekitar 400 tokoh agama,” kata Din.
Meski Syaikh berpidato dalam bahasa Arab, peserta konferensi tetap bisa mengikuti materi ceramah. Itu karena setiap peserta diberikan alat pendengar yang langsung bisa menerjemahkan ceramah dalam bahasa Inggris, German, Italia, Jepang, Perancis dan Rusia.
Dalam konferensi ini, ada tiga orang delegasi dari Indonesia. Mereka adalah Prof Din Syamsuddin (MUI), Dr Biyanto (Muhammadiyah), dan Dr. Marsudi Syuhud (NU). (ilmi)