Oleh: Pengarah, Arya Setya Nugroho MPd (Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Gresik)
Penulis: Afrohul Himmah Arvina, Dina Fitri Setyawati, Nabilah Febiyani, Siti Mufarokhah, Maulidia Dwi Wahyu Hayati (Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Gresik)
PWMU.CO – Kultur sekolah merupakan bentuk kesepakatan bersama yang dipakai dalam menjalani hidup bersama. Ini diterapkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi sekolah. Tujuannya adalah mencetak lulusan yang cerdas dan berkarakter baik.
Budaya sekolah sebagai sistem orientasi bersama terdiri dari norma-norma, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi dasar. Semua warga sekolah memegang teguh budaya ini. Hal ini menjaga kolektifitas unit dan memberikan identitas berbeda dari sekolah lain.
Kultur sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama. Ini menjadi pengikat kebersamaan mereka sebagai masyarakat sekolah. Budaya ini diyakini mampu menghadapi berbagai masalah.
Budaya sekolah adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan tradisi-tradisi yang dianut bersama oleh semua warga sekolah. Hal ini terbukti dapat digunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Budaya ini juga membantu dalam integrasi internal.
Pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru. Tujuannya agar mereka memiliki pandangan yang tepat. Mereka belajar memahami, berpikir, merasakan, dan bertingkah laku dalam berbagai situasi dan lingkungan.
Berikut merupakan kultur sekolah di Indonesia:
Artefak
Artefak memiliki dua jenis, yaitu:
- Artefak yang dapat diamati seperti arsitektur, tata ruang, eksterior dan interior, kebiasaan dan rutinitas, peraturan-peraturan, ritus-ritus, simbol, logo, slogan, bendera, gambar-gambar, tanda-tanda, sopan santun, dan cara berpakaian.
- Artefak yang tidak dapat diamati berupa norma-norma atau cara-cara tradisional berperilaku yang telah lama dimiliki kelompok.
Nilai dan Keyakinan
Nilai dan keyakinan yang ada di sekolah menjadi ciri utama sekolah, misalnya:
- Ungkapan rajin pangkal pandai
- Air beriak tanda tak dalam
Nilai dan keyakinan ini biasanya tersembunyi dalam artefak yang ada pada kultur sekolah. Di balik artefak itulah tersembunyi nilai-nilai seperti mutu, disiplin, dan toleransi. Keyakinan tergambarkan melalui keinginan untuk memperbaiki mutu sekolah agar mampu bersaing dengan sekolah lainnya.
Tata Tertib
Tata tertib sekolah dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang. Pertimbangannya melihat situasi dan kondisi lingkungan sekolah. Tata tertib memuat hal-hal yang diwajibkan dan dilarang untuk siswa selama berada di sekolah. Jika terjadi pelanggaran, pihak sekolah memberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Tata tertib siswa mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan siswa di sekolah. Siswa yang melanggar tata tertib mendapatkan hukuman sesuai pelanggaran. Contoh tata tertib di sekolah:
- Datang tepat waktu di sekolah
- Melakukan finger print sebagai bukti daftar hadir
- Guru mengajar sesuai jadwal yang ditetapkan
- Menggunakan seragam khusus guru dan dasi sesuai waktu yang disepakati
Guru meminta izin kepada kepala sekolah jika tidak hadir atau meninggalkan tugas. Izin diberikan dengan alasan yang jelas dan dibenarkan.
Upacara Bendera
Ada beberapa kegiatan upacara di sekolah di Indonesia. Kegiatan tersebut termasuk upacara bendera setiap hari Senin, upacara yasinan bersama pada hari Jumat, dan upacara perayaan hari besar nasional. Kegiatan upacara disepakati oleh semua komunitas sekolah dan disosialisasikan kepada siswa. Upacara bendera setiap hari Senin diikuti oleh guru dan siswa. Tujuan upacara ini adalah menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Guru mengajar dan berkarya, siswa rajin belajar.
Kultur Pendidikan di Finlandia
Kultur pendidikan di Finlandia menurut Ratih D Adiputri (2019) mempunyai motto “elinikäinen oppiminen” yang berarti pembelajaran seumur hidup. Seseorang terus belajar hal baru sepanjang hidupnya baik secara formal maupun informal. Pekerjaan di Finlandia harus sesuai keterampilan dan ijazah sekolah yang dimilikinya. Dalam bidang pendidikan, seorang pendidik harus memiliki sertifikat atau ijazah sebagai pendidik.
Sistem Pendidikan di Finlandia memiliki tujuan utama untuk mewujudkan pendidikan tinggi untuk semua. Guru di Finlandia harus memiliki gelar master dan mengajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif. Finlandia jarang mengganti kurikulum pendidikannya. Perencanaan kurikulum adalah tanggung jawab guru, sekolah, dan pemerintah kota, bukan pemerintah pusat.
Peserta didik di Finlandia memiliki jam belajar yang relatif singkat di sekolah. Mereka tidak dibebani dengan banyak pekerjaan rumah, ujian terstandar bertaruhan tinggi, dan tidak ada sistem peringkat. Pembiayaan pendidikan di Finlandia dari jenjang sekolah dasar hingga pendidikan tinggi dan pendidikan orang dewasa hampir sepenuhnya gratis (Siti Nur Bautty, 2016).
Berikut adalah pendidikan sekolah dasar di Finlandia:
- Pendidikan Dasar di Finlandia Pendidikan dasar di Finlandia merupakan fase wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak berusia 7-16 tahun.
- Penunjukan Sekolah oleh Pemerintah Daerah Setiap siswa masuk ke sekolah dekat rumah yang ditunjuk oleh pemerintah daerahnya. Di beberapa kota besar, orang tua dapat memilih sekolah untuk anaknya dalam batasan tertentu.
- Pengajaran di Pendidikan Dasar Tidak ada penggolongan kelas maupun penjurusan selama tahap ini. Enam tahun pertama, setiap guru kelas mengajar hampir semua mata pelajaran. Pada tiga tahun terakhir, ada guru khusus untuk setiap mata pelajaran.
- Evaluasi Tanpa Ujian Nasional Tidak ada ujian nasional untuk tingkat pendidikan dasar. Evaluasi belajar siswa dilakukan oleh guru secara berkelanjutan. Laporan hasil belajar diberikan setidaknya sekali dalam satu tahun akademis. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan arah pembelajaran siswa selanjutnya di tingkat menengah atas. Evaluasi ini juga membantu siswa memahami area pengembangan diri dan menumbuhkan minat pembelajaran mandiri.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun, siswa mendapat sertifikat kelulusan (Suardipa, 2019).
Perbedaan Pendidikan di Indonesia dan Finlandia
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan di Indonesia dan Finlandia, antara lain:
- Pendidikan di Indonesia lebih dominan pada kompetensi, sedangkan Finlandia menganut prinsip pemahaman.
- Indonesia memiliki sistem kelas bagi siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata dan peringkat siswa.
- Beban belajar di Indonesia sekitar 40 jam per minggu, sedangkan di Finlandia sekitar 30 jam per minggu.
- Indonesia mengajar terutama di ruang kelas, sedangkan Finlandia menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
- Pendidik di Indonesia minimal memiliki gelar D4, sementara di Finlandia pendidik harus memiliki gelar master (S2).
Arah Pengembangan Kultur Sekolah dalam Menjamin Mutu Pendidikan
Pengembangan kultur sekolah yang berfokus pada prestasi, karakter, kolaborasi, dan efektivitas adalah kunci dalam menjamin mutu pendidikan. Di Indonesia, sekolah berusaha menciptakan lingkungan berprestasi dan berkarakter melalui kompetisi akademik dan non-akademik.
Nilai-nilai karakter diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Kolaborasi antara kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan mendukung peningkatan mutu pendidikan. Kultur positif dan kondusif membantu menciptakan suasana belajar yang produktif dan meningkatkan motivasi siswa.
Di tingkat internasional, efektivitas sekolah sering kali ditingkatkan melalui komunitas pembelajaran profesional (PLCs). Guru dan staf sekolah bekerja sama untuk terus meningkatkan praktik pembelajaran dan hasil siswa.
Pendidikan karakter dan pendekatan inklusif menjadi bagian integral dari kultur sekolah. Ini memastikan semua siswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan adil. Sekolah yang berhasil mengembangkan kultur positif cenderung menunjukkan prestasi akademik lebih tinggi dan lingkungan belajar lebih mendukung. Pengembangan kultur sekolah yang holistik dan kolaboratif sangat efektif dalam menjamin mutu pendidikan.
Peranan Warga Sekolah terhadap Pelaksanaan Kultur Sekolah dan Mutu Pendidikan
Kultur atau budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah yang mencakup semua kegiatan dan tempat anggota masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi terjadi antara peserta didik, kepala sekolah, guru, konselor, pegawai administrasi, dan seluruh warga sekolah. Interaksi tersebut terikat oleh aturan, norma, moral, serta etika bersama yang berlaku di sekolah.
Nilai-nilai seperti kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja sama, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, tanggung jawab, dan rasa memiliki harus diterapkan.
Menurut Lickona (1991: 325), enam elemen budaya sekolah yang baik adalah:
- Kepala sekolah memiliki kepemimpinan moral dan akademik.
- Disiplin sekolah ditegakkan secara menyeluruh.
- Masyarakat sekolah memiliki rasa persaudaraan.
- Organisasi murid menerapkan kepemimpinan demokratis dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
- Hubungan warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan bergotong royong.
- Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan mengatasi masalah-masalah moral.
Daftar Pustaka
Adiputri, R. D. (2019). Sistem Pendidikan Finlandia. Kepustakaan Populer Gramedia.
Ananda, R., Syaputri, W. I., Suhesni, T., & Rossadah, N. (2023). Perbandingan Pendidikan di Indonesia dan Pendidikan di Finlandia. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(9), 6689-6694.
Atmaja, M. T., Wibisono, V. F., & Jalaludin, A. (2022). Model peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar berbasis kultur Sekolah untuk mewujudkan sekolah efektif. Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(3).
Sari, N. W., & Hanum, F. (2018). Peran kultur sekolah dalam membangun prestasi siswa di man 1 yogyakarta. E-Societas: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 7(2).
Sobri, M., Nursaptini, N., Widodo, A., & Sutisna, D. (2019). Pembentukan karakter disiplin siswa melalui kultur sekolah. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 6(1), 61-71.
Suardipa, I. P. (2020). Diversitas sistem pendidikan di finlandia dan relevansinya dengan sistem pendidikan di indonesia. Maha Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 2(2), 68-77.
Sukadari, S. (2020). Peranan Budaya Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Exponential (Education for Exceptional Children) Jurnal Pendidikan Luar Biasa, 1(1), 75-86.
(*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah