Al Hafidz (Foto: PWMU.CO)
Muhammad Al Hafidz – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta
PWMU.CO – Bulan Suro, yang merupakan bulan pertama dalam kalender Jawa, atau disebut muharram dalam bulan hijriah, sering kali dianggap membawa kesialan dan malapetaka oleh sebagian masyarakat Jawa. Kepercayaan ini telah berkembang secara turun-temurun dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pernikahan hingga kegiatan bisnis. Namun, bagaimana pandangan para ulama dan organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah tentang mitos ini?
Pandangan Ulama
Banyak ulama yang menolak anggapan bahwa Bulan Suro membawa sial. Mereka berpendapat bahwa kepercayaan tersebut tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, semua bulan memiliki kedudukan yang sama di mata Allah SWT dan tidak ada bulan yang secara khusus membawa kesialan.
Seorang ulama terkemuka, KH. Ma’ruf Amin, pernah menyatakan bahwa mengaitkan suatu bulan dengan kesialan adalah bentuk takhayul yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Beliau menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah kehendak Allah SWT dan bukan karena pengaruh bulan atau waktu tertentu.
Gus Baha, salah satu ulama terkemuka dari Nahdlatul Ulama, memiliki pandangan yang tegas tentang mitos kesialan Bulan Suro. Menurut beliau, anggapan bahwa Bulan Suro membawa sial tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Gus Baha menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah SWT, dan tidak ada bulan atau waktu tertentu yang dapat membawa kesialan.
Dalam ceramahnya, Gus Baha sering mengingatkan bahwa Islam mengajarkan untuk meninggalkan takhayul dan kepercayaan yang tidak rasional. Beliau mendorong umat Islam untuk kembali kepada ajaran murni yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis, yang tidak pernah mengajarkan adanya bulan yang membawa sial.
Pandangan Muhammadiyah
Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, juga menentang kepercayaan bahwa Bulan Suro membawa sial. Muhammadiyah berpegang pada prinsip bahwa takhayul dan kepercayaan yang tidak rasional harus ditinggalkan karena tidak sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan pada Al-Quran dan Hadis.
Ketua Umum Muhammadiyah, pak Haedar Nashir, menyatakan bahwa umat Islam harus kembali kepada ajaran murni Islam dan meninggalkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak berdasar. Beliau menekankan pentingnya pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk menghilangkan kepercayaan yang tidak rasional dan menyesatkan.
Pandangan ulama dan Muhammadiyah jelas menunjukkan penolakan terhadap kepercayaan bahwa Bulan Suro membawa sial. Mereka menekankan bahwa kepercayaan ini tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam dan hanya merupakan bentuk takhayul yang harus ditinggalkan. Umat Islam diajak untuk kembali kepada ajaran murni Islam dan mengandalkan Al-Quran dan Hadis sebagai pedoman hidup.
Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang ajaran Islam akan membantu masyarakat untuk meninggalkan kepercayaan yang tidak rasional dan menjalani kehidupan yang lebih baik dan sesuai dengan tuntunan agama.
Editor Teguh Imami