drh Zainul Muslimin dalam kajian ahad pagi PCM Wringinanom, Ahad (14/7/2024). (Rahmad Syayid Syuhur/PWMU.CO).
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wringinanom, Gresik, Jawa Timur menghadirkan drh Zainul Muslimin, Ahad, (14/7/24).
Dalam mengemban amanah persyarikatan, seseorang butuh perilaku dan mengambil keputusan yang bijak, “Orang yang kurang bijak itu pikniknya kurang adoh” ujarnya di depan jamaah kajian yang bertempat di halaman SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri).
Pelajaran dari Lembaran Rupiah
Selanjutnya ia mencontohkan pecahan uang seratus ribu yang diambil dari dompetnya, ia juga mengeluarkan pula pecahan lima puluhan dari dompet yang sama.
“Ada dua lembar uang yang berbeda, saya butuh lembar lainnya yang berbeda,” tandasnya sambil merogoh di saku kanan celananya.
Selanjutnya, ia mengeluarkan pecahan puluhan dan ribuan sembari bercanda santai dengan jamaah. “Kadang uang recehan ini karang diopeni (disimpan)” ujarnya.
Mantan ketua Lazismu Jawa Timur ini melemparkan pertanyaan kepada jamaah, apa yang membedakan dari uang yang ia bawa. Sontak jamaah yang ada tepat di depan mimbar ia berdiri menjawab beda angkanya.
“Selain beda angka, perbedaan apa lagi yang ada?” tanyanya.
Dari barisan depan jamaah ibu-ibu, ada yang mengacungkan tangan seraya menjawab yang membedakan adalah nilai mata uang.
Lantas Ustadz Zainul, panggilan akrab Zainul Muslimin memanggil ibu yang berkerudung merah itu untuk mengambil uang yang ia bawa sekaligus memilihnya.
Rita Miasari pun memilih yang warna merah dengan nominal seratus ribu. Ibu muda juga pengajar SD Muhammadiyah 1 Krian (SD Sakri) tampak berseri-seri kegirangan sambil membawa lembaran merah ke tempat duduknya.
Uang itu, sambungnya, yang membedakan adalah nilai, maka orang selalu memilih uang nilainya yang paling tinggi. “Begitu juga Allah memilih orang yang mempunyai nilai ketakwaan yang tinggi,” jelasnya.
Hisab Allah & Catatan Makhluk
Ketika kita mau memilih sesuatu kadang tanpa data, kadang pula melangkahi ketetapan Allah. Tapi Allah menghisab kita seadil-adilnya oleh karena itu Allah menyuruh malaikat mencatatnya. “Hisab Allah sangat transparan dan adil,” kata suami Bunda Nur ini.
Kalau kita sebagai makhluk tidak punya catatan bagaimana cara menghisab secara akuntabel dan akurat. Maka tugas dari pengemban amanah persyarikatan atau AUM harus punya catatan.
“Kalau urusan dunia, kita ingin lebih baik, contoh kendaraan dan rumah ingin lebih baik, anak dan istri pingin nambah,” selorohnya kepada peserta Kajian Ahad Pagi.
Urusan akhirat apa kita juga seperti itu? Mengemban amanah persyarikatan harus lebih baik. Dalam pengelolaan uang harus akuntabel.
“Hp kita akan hanya menjadi beban jika tidak dimanfaatkan, yang hanya digunakan sebagi permainan saja, nganggur tak keluar manfaatnya,” tandasnya.
Ia menekankan untuk terus mengupgrade diri kita menjadi unggul, semua yang kita bangun, harus kita bangun menjadi unggul, jika ada kebaikan jangan malu, mari kita share.
“Menjadi orang baik harus banyak menebar manfaat,” pesannya.
Bahaya Zona Nyaman
Lebih lanjut, Ustadz Zainul juga berujar bahwa orang yang nyaman itu tidak mau berubah, adanya sambat saja. Lalu ia menceritakan pengalamannya yang pekerja di perusahaan dan berpenghasilan tatap tetapi tidak bisa tambah.
“Ketika bertemu sama teman, ia menyampaikan bahwa saya tidak akan bisa kaya dengan perkerjaan seperti itu, akhirnya disarankan untuk usaha yang lain,” ceritanya.
Banyak hal yang kita eksekusi, sambungnya, banyak juga yang kita ambil manfaatnya. Mengapa Bu Zainul semakin hari semakin banyak perkembangan usahanya, itu karena banyak hal baru yang dicoba.
Anak saya lulusan arsitek, tambahnya, jualannya minuman atau jamu. Tidak bisa membuat sendiri, akhirnya ada jalan dari hasil Silaturahim dan kesungguhan akhirnya menemukan orang ahli membuat minuman jamu.
“Dari usaha kebaikan kita, coba aploud sebanyak banyaknya supaya dunia maya kita penuhi dengan kebaikan,” pintanya.
Pengusaha catering ini menyampaikan bahwa kita butuh kebaikan orang lain dari inspirasi yang kita lakukan dan mana mungkin orang bisa tau jika kita diam. Bukannya riya tapi orang harus tau untuk memunculkan inspirasi.
“Bangkit bagian penting dari perubahan. Ingin kaya jangan nyaman dengan kemiskinan,” tegasnya.
“Tetap semangat, menebar manfaat,” pungkasnya. (*)
Penulis Kusmiani, Editor Danar Trivasya Fikri