PWMU.CO – Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Lamongan menggelar pelatihan ecoprint dalam rangka semarak milad Aisyiyah ke-107, Sabtu (13/7/2024).
Acara yang bertempat di pendopo alun-alun Kota Lamongan tersebut mengambil tema Mencetak Interpreneur Perempuan Berkemajuan.
Hadir dalam acara tersebut instruktur ecoprint Niken Purwaningtiyas SPd, pimpinan MEK Dra Nur Rohmah MM, koordinator bidang MEK Yuli Widdiyati SPd MPd.
Lalu, turut hadir pimpinan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Ir Adhim Trisetyaningtyas MM dan para peserta.
Pimpinan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Dra Nur Rohmah MM mengatakan acara pelatihan ecoprint ini diikuti oleh 27 PCA yang berasal dari seluruh daerah Lamongan. Setiap cabang mengikutkan tiga peserta, dengan rincian dua utusan dari MEK dan satu utusan dari LLHPB.
Lebih lanjut, dalam sambutannya perempuan yang juga menjabat sebagai Korwil Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kecamatan Modo, Lamongan ini berharap setelah mengikuti pelatihan setiap cabang akan menindaklanjuti dengan mengadakan pelatihan yang diikuti oleh ranting masing-masing.
Selanjutnya, dia mengatakan bahwa Majelis Ekonomi ada empat divisi:
- Divisi Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro. PDA Lamongan ada BUEKA Sakinah, yaitu koperasi aAisyiyah yang melayani pengadaan seragam mulai PAUD sampai seragam Aisyiyah,
- Divisi Kewirausahaan dan Ekonomi Digital,
- Divisi Ketenagakerjaan,
- Divisi Ketahanan Pangan.
Acara pelatihan Ecoprint tersebut dibuka oleh ketua PDA Lamongan bagian koordinator MEK Yuli Widdiyati SPd MPd.
Ia mengatakan, “Sebenarnya Ecoprint adalah salah satu dari kegiatan Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) yang diharapakan sebagai bekal kemandirian ekonomi. Dalam muktamar Aisyiyah yang ke-48 SWA merupakan program prioritas,”.
Tertuang dalam 10 komitmen perempuan berkemajuan, yaitu tentang kemandirian ekonomi yang menduduki urutan yang kedelapan.
Harapannya, perempuan Aisyiyah mampu menghidupi dirinya dengan cara mengembangkan potensi diri. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti pelatihan ecoprint.
Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa batik ecoprint bisa dikembangkan menjadi baju, kerudung, tas, dan aksesoris wanita lainya.
Instruktur dalam pelatihan ecoprint Niken Purwaningtiyas SPd menjelaskan ecoprint adalah teknik mencetak di atas kain dan menggunakan bahan alam, seperti dedaunan, batang kayu atau ranting, dan bunga.
Proses Ecoprint
Kemudian, daun yang paling baik digunakan sebagai bahan ecoprint adalah daun jati, karena mengandung zat pewarna antosianin yang menghasilkan warna merah.
Selain bisa menghasilkan warna yang bagus, daun jati juga bisa membuat motif ecoprint tampak cantik.
Ada beberapa teknik dalam pembuatan Ecoprint, yaitu teknik iron blanket, teknik tempel, dan teknik pounding (pukul).
Sebanyak 80 peserta pelatihan sangat serius dan kompak dalam kelompok masing-masing.
Aneka daun yang telah disiapkan dari rumah, disusun di atas kain yang telah disiapkan oleh panitia. Begitu juga palu yang sudah dibawa oleh peserta dari rumah digunakan untuk memukul-mukul permukaan kain.
Semua bekerja mengikuti arahan dari instruktur yaitu Niken Purwaningtiyas SPd, perempuan yang masih mengajar di SMP Negeri 2 Lamongan ini. Alhasil terdengarlah suara rancak yang menghasilkan suara harmoni dari pukulan palu di atas kain oleh 80 peserta itu.
Kemudian, sesuai instruksi setelah selesai kain digulung kemudian diikat dengan tali rafia, dan dikukus selama dua jam.
Setelah itu angkat dan dibuka, kemudian dibersihkan daun-daun yang masih menempel itu, baru dijemur.
Tepat pukul 13.00 WIB kegiatan pelatihan Ecoprint selesai dan ditutup dengan pengumuman peserta dengan hasil terbaik.
Juara I diperoleh PCA Ngimbang, juara II yaitu PCA Paciran, dan juara III PCA Kalitengah.
Faizah SPd, salah satu peserta dari PCA Paciran yang berhasil menyabet juara dua mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ecoprint ini. Hal ini karena selain mendapat ilmu, juga mendapat ketrampilan yang bermanfaat.
“Semoga bisa mengamalkan ilmunya nantinya”, harapnya.
Penulis Sri Asian Editor Zahra Putri Pratiwig