Oleh Silviyana Anggraeni: Aliansi penulis Muhammadiyah Lamongan)
PWMU.CO – Ketika ada sebuah pertanyaan bagaimana kriteria pasangan idealmu?. Tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, putih atau sawo matang, keriting atau lurus. Seiman kah, pintar kah, santun kah, taat ibadah kah, penyayang kah, penyabar kah, mandiri kah.
Haruskah pegawai, haruskah pengusaha sukses, haruskah single, haruskah keturunan priyai, haruskah anak tunggal. Penyuka musik atau lukis, penyuka sambelan atau jungfood, penyuka pegunungan atau pantai, Penyuka hewan atau tumbuhan. Jadi, bagaimana?
Akan muncul beraneka ragam jawaban dari setiap orang. Di karenakan setiap orang memiliki persepsi terhadap kata “ideal” yang tidak sama. ideal menurut si A mungkin akan berbeda dengan ideal menurut si B. Ideal menurut si A mungkin adalah yang berwajah tampan, tetapi bagi si B pasangan yang memiliki penghasilan cukup adalah yang utama. Kriteria pasangan ideal bagi setiap orang berbeda karena kondisi kehidupan dan karakter setiap orang juga berbeda.
Harus kita pahami bahwa pasangan ideal tidaklah selalu seseorang yang memiliki kepribadian unggul dan karakter baik. Pasangan ideal bagi si A adalah seseorang yang dapat melengkapi dan menutupi kekurangan si A, ideal bagi si A adalah seseorang yang dapat menerima kelebihan ataupun kekurangan si A. Ideal bagi si A adalah seseorang yang dapat membuat si A tetap merasa bahagia meski dalam keadaan sukar.
Memilih Pasangan dalam Islam
Dalam Islam ada empat perkara yang harus diperhatikan saat memilih pasangan. Perkara pertama adalah memilih pasangan karena hartanya, berkecukupan atau tidak, berpenghasilan atau tidak, bagi laki-laki mampu menafkahi atau tidak.
Perkara kedua karena keturunannya atau nasab nya, apakah orang tersebut memiliki garis keturunan yang jelas, apakah berasal dari keluarga baik-baik.
Perkara ketiga karena fisiknya, seperti kecantikan dan ketampanannya, memiliki fisik sempurna atau tidak cacat, sehat jasmani termasuk kesehatan reproduksinya atau tidak mandul.
Perkara ke empat karena agamanya, yakni yang baik aqidah dan ibadahnya, yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, yang tidak hanya memahami agama secara tekstual tetapi juga secara kontekstual.
Tetapi dari ke empat perkara tersebut yang terakhir adalah yang paling utama yaitu memilih pasangan karena agamanya. Dikarenakan orang yang baik agamanya niscaya akan baik keseluruhannya.
Hal tersebut seperti yang di sabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Hadist Riwayat Al-Bukhari yakni “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung”.
Alangkah beruntungnya seseorang yang telah mendapatkan pasangan hidup dengan empat perkara tersebut. Niscaya kehidupan rumah tangganya akan di penuhi kebahagiaan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Namun tidak semua orang memiliki keberuntungan tersebut. Karena tidak ada manusia yang sempurna. Bisa jadi dia seseorang yang kaya, berparas tampan dan keluarga terpandang tetapi disisi lain pengetahuan agamanya kurang. Bisa juga sebaliknya dia seseorang yang sangat sholeh tetapi dari segi paras, harta dan nasabnya kurang baik.
Adapun contoh nyata pasangan ideal dalam kehidupan ini adalah Rasulullah Saw, bagi istri dan umatnya, Rasulullah adalah suami dan ayah terbaik. Baginda adalah sosok suri tauladan, manusia mulia, yang aqidah dan ahlak nya tak tertandingi. Mungkin sangat sulit mendapatkan pasangan semulia itu bahkan mustahil ada.
Namun sebagai manusia kita di haruskan berusaha untuk terus memperbaiki diri, meneladani sifat-sifat Nabi dan menjalankan sunnahnya. Meski tak akan sebaik Nabi, paling tidak kita bisa menjadi yang terbaik untuk pasangan kita.
Pasangan atau jodoh kita adalah orang-orang yang sepadan dengan diri kita di mata Allah. Maka memperbaiki diri adalah kunci mendapatkan pasangan yang baik pula.
Seperti yang Allah firman kan dalam Qs an-Nur ayat 26 yang artinya “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”
Meski begitu dahulu selain rumah tangga Rasulullah, ada beberapa kisah rumah tangga yang dapat kita ambil pelajaran. Beberapa di antaranya adalah rumah tangga Fira’un dan Asiyah, dimana Fir’aun adalah manusia keji yang mengaku Tuhan dan Asiyah istrinya adalah perempuan yang bertakwa hingga Allah jadikan ia sebagai salah satu pemimpin perempuan di surga.
Ada rumah tangga Nabi Nuh dan walihah, dimana walihah adalah seorang istri yang menghianati suaminya hingga Allah menenggelamkannya dalam bencana air bah yang dahsyat. Terakhir kisah rumah tangga abu lahab dan ummu jamil, keduanya adalah paman dan bibi sekaligus penentang dakwah Rasulullah.
Layaknya laki-laki dalam memilih pasangan perempuan, bagi perempuan dalam memilih pasangan laki-laki pun demikian. Karena baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak kriteria yang sama pada pasangannya. Yaitu pasangan yang baik agamanya, baik parasnya, baik nasabnya, dan baik hartanya. Laki-laki dan perempuan berhak memilih pasangan seperti apa yang mendampinginya kelak.
Empat perkara tadi adalah kriteria umum bagi setiap muslim yang di atur dalam Islam. Adapun kriteria khusus pasangan ideal adalah kriteria yang hanya dapat di tentukan oleh pribadi masing-masing.
Kriteria Pasangan Ideal
Lalu bagaimana menentukan seperti apa kriteria pasangan ideal untuk kita? Yaitu dengan cara terlebih dahulu mengenali diri kita sendiri. Bagaimana kondisi kehidupan kita, bagaimana karakter kita, bagaimana pandangan dan tujuan hidup kita, apa kelebihan dan kekurangan kita.
Setelah mengetahuinya barulah kita dapat menentukan karakter pasangan seperti apa yang pas. Tanpa mengenali diri terlebih dahulu mustahil kita dapat menentukan karakter ideal untuk menjadi pasangan kita. Sebaliknya jika kita gagal mengenali diri secara otomatis kita juga akan salah dalam menentukan kriteria pasangan ideal.
Pada dasarnya jodoh atau pasangan adalah dua mahluk yang saling melengkapi. Jangan heran jika sering kita melihat pasangan-pasangan yang justru memiliki watak yang berbeda. Misalnya ada orang yang sangat sabar tetapi pasangannya sebaliknya. Ada orang yang sangat rajin tetapi pasangannya sebaliknya, dan seterusnya. Namun dari perbedaan itulah mereka bisa saling belajar mengerti dan menutupi kelemahan pasangan. Lalu bersama-sama memperbaiki diri dan menjadi pasangan ideal versi mereka.
Tidak ada manusia yang sempurna maka yang terpenting dalam memilih pasangan bukanlah yang ideal di mata kita apalagi di mata orang lain melainkan yang mau menerima segala kelebihan juga kekurangan diri kita dan mau bersama-sama mewujudkan rumah tangga sakinah mawadah warohma sehingga dapat melahirkan generasi unggul dan bertakwa di masa datang. Tidak ada pasangan yang benar-benar ideal, yang ada adalah pasangan yang mau sama-sama belajar. (*)
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan