PWMU.CO – Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur 2019/2024 dan Prof Biyanto hadir dalam launching dan Bedah Buku “Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia” kegiatan yang bertema “Rais Akbar Sang Pemersatu Umat Islam” diadakan oleh IKAPETE (Ikatan Alumni Pondok Pesantren Tebuireng) di Hotel KHAS Surabaya (16/07/2024).
Dalam kesempatan pertama acara tersebut, Emil Dardak memaparkan pendapatnya bahwa awal abad 20 adalah tantangan berat untuk Umat Islam.
Kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan Etical Policy, salah satunya melarang perluasan organisasi Islam.
“‘Organisasi yang mengatasnamakan Islam harus berhati-hari dalam berjuang,” tuturnya.
Muhammadiyah yang telah berdiri dahulu 1912 kemudian NU 1924 sebagai organisasi yang membawa nama Islam.
KH M Hasyim Asyari mendapat tantangan dalam perjuangannya. Di awal Hadratussyaikh mengajarkan santrinya role model bercocok tanam dikalah masyarakat sedang mengalami krisis pangan.
Emil Dardak juga berpesan bahwa fragmentasi yang terjadi ketika terjadi spil off NU dari Masyumi.
NU kemudian menjadi Partai Politik menjadi dinamika yang patut kita teladani dalam konteks persatuan umat islam kedepan, terutama untuk NU dan Muhammadiyah.
“Hari ini musuh kita bukan hanya Israel dan Amerika tapi musuh kita adalah gerakan yang eksklusif.
Muhammadiyah dan NU harus bisa bergerak secara inklusif. Kalau perbedaan diantara umat itu tidak fundamental pesan Hadratussyaikh jangan kenceng-kenceng berantemnya.
Manakala kadang perbedaan itu memperkuat nasionalisme ideologi bangsa, sehingga tidak menimbulkan perpecahan umat Islam,” ujarnya.
“Your enemy its my enemy” diakhir pandangannya Emil Dardak mengatakan dalam berpolitik keduanya berpandangan washatiyah yaitu gerakan inklusif yang saling berkolaborasi untuk membangun bangsa dan negara. (*)
Penulis Azrohal Hasan Editor Syahroni Nur Wachid