PWMU.CO – Waktu Arab Saudi masih menunjukkan pukul 16.08. Saat itu saya dan istri ada di Masjid Al Haram, tepatnya di ruang Mas’a (tempat sai) lantai dasar (ground floor). Kami sedang menunggu waktu maghrib, yang hari itu, Kamis (14/9) jatuh pada pukul 18.27.
Posisi kami ada di tengah antara Sofa dan Marwah, dekat salah satu kran air Zamzam. Tiba-tiba kami dikagetkan dengan kedatangan seorang suami istri yang membawa kursi roda, yang di dalamnya penuh dengan termos.
(Baca: Kenapa Ustadz Ini Berpesan agar Jamaah Haji Membawa “Ihram”nya ke Tanah Air)
Tepat di sisi kran air Zamzam itu mereka berdua berhenti. Awalnya saya menduga mereka adalah jamaah haji yang akan mengisi termos-termos itu dengan air Zamzam.
Tapi kok janggal ya? Biasanya jamaah haji mengambil air Zamzam menggunakan botol-botol bekas air mineral atau jirigen 5 liter. Tapi ini puluhan termos?
Dugaan itu tiba-tiba terjawab, ketika seorang petugas kebersihan Masjid Al Haram menyodorkan dua gelas kosong kepada suami istri tersebut. Apa yang terjadi?
Ternyata, sang suami itu menuangkan isi termos ke dalam gelas plastik yang disodorkan petugas itu.
Saya sontak beristighfar, karena telah salah duga. Ternyata bapak-ibu tersebut bukan hendak mengambil air Zamzam, tapi justru ingin berbagi minuman hangat pada jamaah haji.
(Baca juga: Alarm Hotel Meraung-raung, Jamaah Haji pun Berhamburan Turuni Tangga Darurat)
Saya pun langsung berdiri untuk menemui suami istri yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah itu. Selain mengenalkan diri, saya berusaha mendapat informasi lebih jauh tentang aktivitas mereka berdua.
“Saya sudah melakukan ini selama 21 tahun Mas,” kata Zamaksyari, pria berusia 64 tahun itu yang sudah berada di Arab Saudi selama 34 tahun bersama istrinya, Sukarni.
“Subhanallah,” sahut saya spontan. Termos-termos yang berjumlah sekitar 40 buah itu ternyata berisi teh, kopi, dan jahe hangat. Dan itu dibagikan secara gratis kepada jamaah Masjid Al Haram. Belum 30 menit, separoh isi termos-termos itu sudah habis.
“Tiap hari saya melakukan ini Mas,” ujar nya. Jadi bukan hanya di musim haji saja dia berbagi kebaikan di tempat dan waktu yang sama itu.
Karena sibuknya suami istri melayani permintaan minuman hangat jamaah haji, kami pun hanya bisa melakukan wawancara di sela mereka berdua menuangkan termos-termos itu pada jamaah haji dari berbagai bangsa. “Ana kohwa,” sahut salah satu jamaah yang meminta kopi hangat. “Saya jahe,” permintaan yang lain.
(Baca juga: Soal Hukum Umrah Berkali-kali saat Haji, Ini Kata Kyai Lamongan yang Sedang di Mekah)
Wawancara sekaligus bagi-bagi minuman hangat itu berhenti saat adzan Mahgrib berkumandang. “Maghrib-magbrib,” kata Zamaksyari saat masih ada beberapa jamaah haji yang masih meminta minuman.
Wawancara kami lanjutkan setelah usai melaksanakan jamaah Maghrib dengan imam Syekh Sudais.
“Apa pekerjaan Bapak-Ibu?” tanya saya. “Ya ini kerjaan kami,” jawab Sukarti. “Mudah-mudahan dari sinilah rezeki kami. Alhamdulillah ada saja rezeki,” sahut Zamaksyari yang mengaku kontrak rumah di dekat Masjid Al Jin—2 KM arah utara Masjid Al Haram.
Saat saya tanya, tinggal selama 34 tahun di Arab Saudi itu pakai visa apa, Sukarni menjawab, “Visa TKI.” Zamaksyari mengungkapkan bahwa istrinya sudah keiling Eropa. “Ke Jerman, Perancis, Inggris. Diajak majikannya, seorang asisten Raja Salman, “Kadang saya juga ikut” ujar bapak dari 6 anak, yang dua di antaranya lahir di Mekah. Zamaksyari mengatakan bahwa anak terakhirnya masih kuliah. “Anak perempuan saya jadi dosen di Lampung,” ucapnya.
Selamat ya Pak, mudah-mudahan barakah. Setidaknya terbukti sudah bisa haji 27 kali. Dan semoga menginspirasi! (MN)