PWMU.CO – MI Muhammadiyah 16 Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran Lamongan menyelenggarakan kegiatan parenting bertempat di Aula KH. Abdurrahman Syamsuri Ponpes Karangasem pada Ahad (21/7/2024) yang diadakan di Aula KH. Abdul Rahman Syamsuri Karangasem.
Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh orang tua wali, guru, kepala bagian pendidikan Pondok pesantren Karangasem dan bapak Arif Hidayatullah sebagai pemateri utama.
Program parenting yang diadakan MIM 16 Paciran adalah sebagai langkah dalam melibatkan orang tua untuk ikut serta secara aktif dalam mendidik anak-anak mereka saat di rumah dan akan dibina dan dididik oleh bapak dan ibu guru saat para siswa berada di lingkungan madrasah.
Kepala MIM 16 Paciran, Ni’ayah SAg dalam sambutannya menyampaikan visi, misi dan beberapa program MIM 16 Karangasem untuk tahun pelajaran 2024/2025.
“Program Tahfidzul Qur’an merupakan program unggulan yang ada di MIM 16 dan beberapa program penunjang tahfidz lainnya seperti dauroh tahfidz, panggung tahfidz, tasmi’, dan juga ujian tahfidz yang mendapatkan raport,” ujarnya.
Beberapa program lainnya masuk pada kegiatan ekstrakurikuler madrasah seperti Tapak Suci, LKBB, Olahraga, dan kepanduan Hizbul Wathan. Adapun kegiatan tahunan yang setiap tahunnya pasti kita laksanakan.
Selain kegiatan unggulan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MIM 16 Paciran, juga terdapat kegiatan sosial yang memiliki tujuan untuk mendidik anak-anak memiliki jiwa sosial yang besar, seperti kegiatan baksos dan saling berbagi untuk para siswa yang kurang mampu.
Selanjutnya pemateri parentingnya, tim dari bapak Arif Hidayatullah melakukan stretching dan nemberikan pertanyaan sederhana untuk lebih konsentrasi dan mendapatkan semangat kembali.
Afif menyampaikan dalam mendidik anak yang terpenting adalah proses pendidikannya. Sebagai orang tua, kita harus mampu memberikan kehidupan yang mampu dirasakan oleh anak kita saat dirumah, jangan hanya sekedar ada kehidupan dirumah.
Afif menambahkan bahwa membandingkan kemampuan anak dengan anak yang lain merupakan hal yang tidak etis diucapkan oleh orang tua kepada anak, karena mampu menurunkan rasa kepercayaan diri anak terhadap kemampuannya sendiri.
“Sebagai orang tua kita harus mampu membangun kepercayaan terhadap anak agar suasana kehidupan tidak terasa hampa,” pungkasnya. (*)
Penulis Ma’in Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan