Oleh: Muhsin MK
PWMU.CO – Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia (huda linnaas). Sebagai petunjuk tidak hanya berkaitan dengan urusan akhirat saja, tetapi juga masalah dunia. Dalam urusan dunia al-Qur’an pun memberi petunjuk tentang pengobatan.
Beragam ayat al-Qur’an yang membahas masalah pengobatan. Baik berkaitan dengan prinsip pengobatan, maupun berhubungan dengan tehnik pengobatan. Selain itu tentang bermacam- macam obat, al-Qur’an sendiri adalah obat.
Prinsip Pengobatan Al-Qur’an
Prinsip pengobatan itu bisa berupa agama, keyakinan dan ide atau pemikiran yang melandasinya. Tiap pengobatan di dunia ini bermacam-macam prinsipnya.
Seperti pengobatan di dunia barat dan timur. Semua prinsipnya berkait dengan agama, keyakinan dan ide atau pemikiran yang berkembang di lingkungannya.
Pengobatan di dunia barat cenderung dipengaruhi oleh ajaran Kristen selain pemikiran sekulerisme dan liberalisme. Dalam sekulerisme dan liberalisme, agama diabaikan, dan lebih mengutamakan rasio dan bukti empirik.
Berbeda dengan pengobatan di dunia timur. Pengobatan dari India dan China berbeda dengan yang dilakukan di dunia barat. Di India pengaruh agama Hindu dan Buddha dalam pengobatan seperti melakukan yoga dan meditasi.
Demikian pula pengobatan di China berbeda dengan dunia barat dan India. Pengobatannya dipengaruhi agama Buddha dan Kong Hu Chu. Akupunktur dikenal pengobatan yang berasal dari China.
Demikian pula Prinsip pengobatan Islam. Pengobatan dalam Islam sumbernya dari al-Qur’an dan As-Sunnah sahihah. Prinsip pengobatannya tentu berbeda dengan dunia barat dan timur, khususnya India dan China.
Walaupun realitasnya dalam teknis pengobatannya sama, namun prinsipnya berbeda. Prinsip pengobatan Islam antara lain meliputi hal hal berikut ini.
Pertama, pengobatan berdasarkan tauhid, iman dan aqidah. Pengobatan dalam al-Qur’an tidak terlepas atau bertentangan dengan aqidah itu. Artinya tidak ada yang mengandung unsur syirik, mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. (Asy-Syu’ara: 80)
Karena prinsip inilah, agama Islam melarang umatnya agar tidak berobat kepada dukun, paranormal dan tabib yang menggunakan kekuatan sihir atau mantra-mantra. Apalagi mereka meminta bantuan kepada selain Allah. (Al-Baqarah: 102)
Kedua, pengobatan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah. Pengobatan yang diajarkan dalam al-Qur’an tidak bisa dipisahkan dari ibadah. (Adz-Dzariyat: 56)
Ketiga, pengobatan yang diajarkan dalam al-Qur’an tidak bisa dipisahkan dari keyakinan adanya faktor izin dan pertolongan Allah. Tanpa izin dan pertolonganNya, berbagai penyakit walau diobati dengan bermacam-macam ikhtiar, cara dan dengan teknologi modern yang canggih, tidak akan mengalami kesembuhan.
Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menyatakan dalam sabdanya, “Setiap penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya maka akan sembuh dengan izin Allah.” (Muslim no. 2204)
Keempat, pengobatannya harus dengan perkara yang halal dan dijauhkan dari yang diharamkan syariat Islam. (Al-Araf: 157, Al-Maidah: 3) Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan berikut ini.
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan Dia telah menetapkan segala penyakit obatnya, maka janganlah berobat dengan perkara yang haram.” (HR. Abu Dawud no. 3372)
Kelima, pengobatan menurut al-Qur’an mengindahkan adab atau akhlakul karimah. Nabi Yusuf alaihisallam saat mendengar khabar bahwa ayahnya, Ya’qub alaihisallam sakit matanya sehingga tidak dapat melihat, lalu ia pun tergugah hatinya.
Karena Yusuf alaihisallam berikhtiar, sebagai bakti pada orang tuanya, mengirimkan gamisnya. Gamis itu digunakan untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit ayahnya. (Yusuf: 93)
Adab dan akhlakul karimah yang diajarkan al-Qur’an dalam pengobatan juga dilakukan, antara lain dalam bentuk mengajak makan bersama kepada orang sakit dan sebagainya. (An-Nur: 61)
Pengobatan dengan Operasi
Teknik pengobatan yang dilakukan terhadap orang sakit yang termaktub dalam al-Qur’an juga dilakukan dengan beberapa macam, yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan penyakitnya. Teknik yang tersurat disebutkan ada beberapa macam berikut ini.
Pertama, teknik pengobatan dengan cara menggunakan air. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa air memberikan banyak manfaat diantaranya untuk kesehatan dan pengobatan. Pengobatan dengan menggunakan air ini pernah dilakukan oleh Nabi Ayyub alaihisallam. (Shad: 42)
Kedua, teknik pengobatan dengan cara berdo’a kepada Allah yang memberi penyakit dan Dia pula yang menyembuhkan. (Asy-Syu’ara: 80) Do’anya seperti yang disampaikan oleh Nabi Ayyub alaihisallam sebagai berikut:
“Ya Rabb, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Maha Penyayang di atas semua penyayang.” (Al-Anbiya: 83)
Ketiga, teknik pengobatan dengan cara memakan buah-buahan yang mengandung obat, seperti buah labu. Ini dialami Nabi Yunus alaihisallam ketika jatuh sakit setelah keluar dari perut ikan besar. Ia memakan buah labu yang ada di dekatnya.(As-Saffat: 145-146)
Keempat, teknik pengobatan dengan mengusap wajahnya menggunakan obat. Seperti yang dilakukan Nabi Yusuf yang meminta saudara saudaranya untuk membawa baju gamisnya dan mengusapkan ke wajah bapaknya, Nabi Ya’qub, yang sakit matanya dan tidak dapat melihat. Setelah diusapkan penyakitnya sembuh. (Yusuf: 94)
Kelima, teknik pengobatan dengan melakukan tindakan operasi kepada orang yang menderita penyakit berat. Seperti yang dilakukan Nabi Isa alaihisallam kepada orang yang berpenyakit buta sejak lahirnya. (Al-Maidah: 110, Ali Imran: 49)
Apa yang disebut dalam al-Qur’an dibuktikan dalam hadits dan sejarah yang dialami Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dalam sejarah operasi pernah dilakukan malaikat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saat beliau berusia empat (4) tahun ketika sedang bersama saudara saudara (angkat) nya, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril. “Jibril lalu menangkap dan menelentangkannya, lalu Jibril membelah dadanya. Jibril mengeluarkan hatinya dan mengeluarkan dari hati beliau segumpal darah beku….”
“Jibril kemudian mencucinya dalam wadah yang terbuat dari emas dengan air zamzam, lalu ditumpuk, kemudian dikembalikan ke tempatnya….Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘Saya pernah diperlihatkan bekas jahitan di dadanya.” (HR.Imam Muslim dari Anas Radhiyallahu ‘anhu).
Prinsip pengobatan dengan operasi yang diajarkan dalam al-Qur’an ini telah menjadi inspirasi dan petunjuk bagi pengobatan modern saat ini. Operasi jantung dengan cara dada dibedah dan dijahit ternyata pernah dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula operasi mata dan lainnya pernah dilakukan Nabi Isa alaihisallam. Wallahu ‘alam. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah