PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Grabagan Tulangan dalam kegiatan sholat Jumat di Masjid Al-Mahdi Perumtas 3 Grabagan Tulangan, khotib mengambil tema khutbah ingkar terhadap nikmat Allah, Jumat (19/07/2024).
Ustadz Sulthoni selaku khotib membuka khutbah dengan senantiasa mengajak jamaah meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah SWT.
Sering kita menerima materi kajjian mengenai syukur nikmat kepada Allah dan sering kali ucapkan kita bisa membuat kufur nikmat kepada Allah SWT.
Khotib membuka khutbah dengan membaca al-Quran surat an-Nahl ayat 83
يَعْرِفُوْنَ نِعْمَتَ اللّٰهِ ثُمَّ يُنْكِرُوْنَهَا وَاَكْثَرُهُمُ الْكٰفِرُوْنَࣖ
artinya: Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang yang ingkar kepada Allah.
Ibnu Taimiyah dalam mengomentari ayat ini membawa satu hadist shahih Bukhari no 801 bab adab. Pada saat itu Nabi ketika selesai sholat subuh berjamaah bersama sahabat, Nabi mendengar sahabat bercerita bahwa tadi malam terjadi hujan lebat.
Nabi bersabda bahwa setiap pagi hambaku ada yang kafir padaku dan kufur nikmat serta ada yang berimam atas nikmat Allah yang diberikan. Ternyata, setiap pagi ada potensi manusia kufur atau beriman,
“Sabda Nabi dalam hadist, bila sahabat menyikapi mengenai peristiwa tadi malam ketika hujan lebat terjadi karena nikmat rahmat Allah yang menurunkan hujan. Maka, umatku termasuk yang beriman.
Lalu, sebaliknya bila hujan karena bintang atau sudah waktunya musim hujan. Maka, kata Nabi mereka telah kafir dan kufur terhadap nikmat-Nya karena mereka sandarkan semua bukan karena Allah,” terang khotib asli Tangulangin.
Cara Menyikapi Nikmat Allah
Ada dua contoh bagaimana hamba Alllah menyikapi nikmat Allah yang dianugerahkan pada diri manusia.
Pertama, dalam al-Quran surat an-Naml ayat 15 yang artinya, ‘Dan sungguh kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya berkata: Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman‘.
“Ayat diatas mencontohkan kepada umat Nabi Muhammad di mana Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman bersikap ketika mendapat nikmat Allah cukup berucap, Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman,” tambahnya.
Kedua, Contoh dalam al-Quran Surat An-Naml ayat 40.
Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.
“Ayat diatas memberikan contoh bagaimana ketika hamba Allah menerima nikmat Allah. Nabi Sulaiman ketika mendapat nikmat berkata Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya),” terang khotib.
Khotib juga memberi contoh dalam al-Quran surat al-Qasas artinya Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka
Ayat di atas merupakan contoh manusia yang ingkar terhadap nikmat Alllah.
“Tentu kita tidak seperti Qorun yang diberi harta melimpah tidak menisbatkan pada diri kita tapi semua yang kita peroleh karena nikmat Allah SWT dan wajib kita syukuri,” ujar khotib.
Pada akhir khutbah, khotib mengajak berdoa agar lisan dan perkataan dijaga untuk bisa selalu mensyukuri nikmat Allah dan terhindar dari sifat kufur nikmat Allah.
Penulis Sumardani Editor Zahra Putri Pratiwig