PWMU.CO – “Yang pertama kali terdampak oleh pencemaran lingkungan adalah perempuan, terutama tambang.”
Hal tersebut disampaikan oleh Herni Ramdlaningrum, Program Manager PRAKARSA. Dia menyampaikan adanya ecofeminisme yang menyuarakan hak lingkungan dan perempuan. Ini karena beberapa golongan patriarki yang melakukan eksploitasi pada lingkungan hidup.
Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur mengadakan webinar pada Jum’at (26/7/2024). Isu yang diangkat kali ini adalah terkait “Menyoal Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan, Perspektif Islam dan Lingkungan”.
Dalam kegiatan ini, Herni menjelaskan bahwa perempuan menjadi yang pertama terdampak, karena mereka sering berinteraksi dengan air. Kegiatan memasak, mencuci, memandikan anak, semua itu membutuhkan air.
Terkait isu hak mengelola tambang untuk Ormas keagamaan, Herni menegaskan terkait dampak yang muncul sebagaimana data yang ada di lapangan. Sebanyak 80 persen kawasan yang terdampak pertambangan beresiko terhadap ketahanan pangan dan berujung kemiskinan.
“Bagaimana Muhammadiyah mengambil tindakan tanpa menimbang pendapat Aisyiyah atau NA menunjukkan bagaimana patriarkisme pada pertambangan,” jelas Herni.
Herni menekankan bagaimana sikap patriarki dalam isu lingkungan dengan tidak melibatkan perempuan di dalamnya. Ini memunculkan potensi adanya eksploitasi terhadap sumber daya, dan hasilnya hanya berputar di kelompok laki-laki saja.
Persoalan reproduksi di area dekat tambang seperti angka keguguran dan penyakit anak menghantui perempuan yang tinggal di kawasan tersebut. Herni mencontohkan bagaimana kondisi masyarakat yang tinggal di dekat salah satu PLTU di Cirebon yang mengklaim teknologinya mampu meminimalisir dampak lingkungan.
Meski bukan area tambang, tapi PLTU nya saja sudah memiliki ancaman tersebut. Maka akan lebih parah jika itu berhubungan langsung dengan sumbernya, yakni pertambangan batu bara.
“Kegiatan malam hari ini menjadi sebuah ikhtiar kita. Apapun jawaban dari ayahanda dan ibunda kita besok, kita akan terus berikhtiar untuk yang terbaik,” terang Herni di akhir materinya. (*)
Penulis/Editor Wildan Nanda Rahmatullah