PWMU.CO – Siswa SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur, Izzaty Calya Danastri, Jumat (26/7/2024) sampaikan keutamaan bulan Muharram.
Dalam kegiatan Kajian Muslimah (Kalimah), siswa kelas IX ICP 2 Hadramaut ini menyampaikan materi dengan tema “1 Muharram vs 1 Januari”. Dia memaparkan keutamaan bulan Muharram dibandingkan bulan Januari sebagai bulan baru di penanggalan Masehi.
Calya, sapaan akrabnya, memaparkan yang pertama, 1 Muharram merupakan pertanda pergantian tahun baru pada kalender Hijriyah.
“Sedangkan Januari pertanda pergantian tahun baru pada kalender Masehi,” ujarnya.
Selain itu, Calya memaparkan bahwa jumlah hari dalam satu tahun Hijriyah dan Masehi memiliki perbedaan. Dalam satu tahun Hijriyah ada 354 atau 355 hari dalam satu tahun.
Sedangkan di dalam satu tahun Masehi ada 365 atau 366 hari dalam setahun.
“Karena Masehi itu dihitung berdasarkan revolusi bumi mengelilingi matahari, sedangkan Hijriyah berdasarkan revolusi bulan mengelilingi bumi,” paparnya.
Calya lantas memaparkan keutamaan bulan Muharram, di antaranya menurut Surat at-Taubah: 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.
Dia menjelaskan, empat bulan haram yang dimaksud ayat di atas adalah Muharram, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Rajab. Maksudnya, pada waktu-waktu tersebut, aktivitas tertentu menjadi terlarang untuk dilakukan, terutama berperang.
Namun, Calya mulai bertanya mengapa masyarakat muslim malah lebih antusias dalam merayakan pergantian tahun baru masehi dibandingkan tahun baru hijriyah.
“Perayaan tahun baru masehi yang dirayakan dengan pesta, sia-sia, dan berlebihan, boleh dikatakan tidak memiliki makna yang berbekas sama sekali, loh. Beda halnya dengan perayaan pergantian tahun baru hijriyah yang biasanya dilakukan dengan suasana kedekatan dengan Allah,” tuturnya.
Calya menekankan bahwa perayaan pergantian tahun seharusnya menjadikan sebuah peringatan pada manusia bahwa waktu akan terus berjalan menggerus usia.
“Agar kita menjadi lebih baik dari hari kemarin, bukan menjadi lebih buruk atau sama saja dengan hari kemarin yang menyebabkan kita menjadi orang yang celaka atau merugi,” pungkasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Wildan Nanda Rahmatullah