PWMU.CO – Kajian masjid An-Nur Genteng membahas rukun haji. Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi Taufiqur Rohman MPdI saat mengisi Pengajian rutin Jumat Malam Sabtu yang bertempat di Masjid An-Nur Genteng Banyuwangi Jawa Timur, Jumat (26/7/2024).
Pengajian ini dimulai setelah shalat Maghrib berjamaah. Diikuti oleh jamaah laki-laki dan perempuan.
Mengawali kajiannya, Taufiqur Rohman mengajak jamaah untuk bersyukur kepada Allah Swt. Karena masih diberi kemampuan untuk mengatur nikmat waktu, sehingga dapat menghadiri majelis ilmu ini.
“Semoga melalui satu atau dua ayat yang akan kita kaji ini, Allah memberikan hidayahnya kepada kita,” ujarnya.
Selanjutnya dia membacakan ayat al Quran Surat al-Baqarah 196. Di ayat ini dijelaskan tentang haji dan umrah yang harus disempurnakan. Salah satu caranya berhaji dengan niat karena Allah, bukan karena yang lain. Kalau tidak karena Allah bisa berakibat pada kemusyrikan.
Dia pun mencontohkan dalam hal mencium hajar aswad. Kenapa kita ketika berhaji dianjurkan mencium hajar Aswad? tanyanya retoris.
Bukan karena batu itu keramat, tapi karena kita menghormati jasa istri nabi Ibrahim yang bernama Hajar. Sebagai istri dia mensupport suaminya yang berjuang dan berdakwah di jalan Allah.
Rukun Haji
Di samping itu juga harus menyempurnakan rukun haji. Di antara rukun haji tersebut adalah:
1. Berihram, yakni berniat sambil memakai pakaian ihram pada miqat (tempat memulai haji).
2. Wukuf di Arafah.
3. Tawaf, mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali.
4. Sai, berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa sebanyak 7 kali.
5. Tahalul, mencukur atau menggunting rambut setelah selesai haji.
Selanjutnya Taufiqur Rohman menjelaskan macam-macam amalan haji. Yaitu haji qiran, haji tamattu, dan haji ifrad.
Untuk lebih memahamkan tentang kesempurnaan dalam ibadah haji, maka alumnus Pascasarjana Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya itu membacakan ayat 197 Surat al-Baqarah.
Di ayat tersebut berisi larangan Allah saat berhaji. Yaitu larangan rafats (berkata kotor), fusuq (Perilaku menghina atau mengejek), dan tidak boleh berbantah yang tidak perlu, apalagi sampai membawa pada pertengkaran.
Maka, di samping persiapan bekal untuk ibadah haji itu diingatkan bekal terbaik adalah takwa.
“Begitulah Allah mengingatkan kita sebagai orang yang menggunakan akal sehatnya,” ulasnya.
Pengajian yang berlangsung hampir satu jam itu berjalan dengan khidmat. Diakhiri dengan membaca alhamdulillahirrabil alamin. (*)
Penulis Ghulam Bana Islama dan Taufiqur Rohman Editor Amanat Solikah