PWMU.CO – “Pemimpin itu agen perubahan. Seorang pemimpin dapat melakukan perubahan karena memiliki wawasan yang luas, ilmu, dan pengalaman. Dengan demikian, seseorang yang dijadikan pemimpin paling tidak memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, emosional,”.
Hal itu disampaikan KH Drs Shodikin MPD saat pengajian Jumat Wage yang merupakan program majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat, Jumat (26/7/2024).
“Pemimpin ada dua, yakni pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal itu memiliki surat keputusan, ada batas waktu dan syaratnya. Sedangkan, pemimpin non formal tanpa surat keputusan, tetapi memiliki pengaruh terhadap lingkungannya. Diangkat Allah dan masyarakat, karena ilmu dan akhlaknya,” Jelas Kiai Shodikin yang juga ketua PDM Lamongan.
Kiai Shodikin juga menjelaskan misi Rasulullah SAW, yaitu menyempurnakan akhlak. Hal ini sesuai dengan hadist riwayat Baihaqi Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Maka dari itu, pemimpin umat harus memiliki akhlak yang mulia agar diikuti sebagaimana Rasulullah SAW.
“Selain itu itu, misi beliau juga terdapat dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala surat al-Anbiya’ ayat 107, Tidaklah aku diutus kecuali membawa rahmat bagi makhluk seluruh alam,” jelasnya.
Gaya Kepemimpinan ala Rasulullah
Gaya kepemimpinan Rasulullah SAW tidak terlepas dari empat sifat para rasul. Pertama, yaitu Shiddiq artinya jujur. Kedua, amanah artinya dapat dipercaya. Ketiga, tabligh artinya menyampaikan. Terakhir, fathonah artinya cerdas.
Melalui sifat inilah, gaya atau model kepemimpinan berbasiskan musyawarah dan ketegasan serta dengan iman, takwa, ikhlas, dan sifat terpuji lainnya.
“Pemimpin harus membawa perubahan yang lebih bagus sebab setiap perubahan ada nilainya,” ucapnya.
“Oleh karena itulah, pemimpin Muhammadiyah dari pusat sampai ke ranting, dapat membawa perubahan yang lebih baik,” tambahnya.
Penulis Hilman Sueb Editor Zahra Putri Pratiwig