Hendra Hari Wahyudi (Foto: PWMU)
Hendra Hari Wahyudi – Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
PWMU.CO – Kurang lebih beberapa hari terakhir, kabar bahwa Muhammadiyah menerima tawaran pemerintah terkait ijin pengelolaan tambang beredar di media. Berbagai tanggapan pun bermunculan, khususnya dari kader dan warga Muhammadiyah. Ada yang setuju menerima, adapula yang tidak. Jawaban itu akhirnya pada Ahad (28/7/2024) terjawab, melalui konsolidasi nasional, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan bahwa persyarikatan menerima dengan 9 pernyataan dan komitmen.
Wajar dan sangat maklum apabila banyak penolakan hingga adanya demo dari kader, dimana sikap dan pendapat itu di dasari karena dampak yang dikhawatirkan. Khususnya dampak alam dan sosial yang selama ini sering kita lihat beritanya. Selain itu, ekologi Islam perspektif Muhammadiyah memberikan dorongan untuk menyadarkan kembali bahwa tugas manusia adalah khalifah fil ard, menjaga lingkungan hidup yang diamanahkan oleh Allah.
Maka, kekhawatiran jika pertambangan nantinya akan menambah dampak-dampak yang kurang baik bagi alam, sosial, serta yang lainnya. Sehingga banyak kader persyarikatan khawatir dan berharap agar Muhammadiyah tidak turut serta menerima tawaran pemerintah tersebut.
Optimisme Tambang Ditangan Muhammadiyah
Disisi lain, banyak pula kader yang sepakat apabila Muhammadiyah hadir dan memberikan teladan dalam mengelola sumber daya alam tersebut. Dimana selama ini, banyak sekali hal-hal yang mampu dilaksanakan Muhammadiyah dengan baik. Semisal rumah sakit, sekolah, dan lainnya. Sehingga nantinya, ketika Muhammadiyah mengambil peran didalam pertambangan, akan membawa kemaslahatan yang lebih luas lagi. Tentunya dengan berbagai harapan, semisal salah satunya memberikan subsidi bagi karyawan amal usaha, ataupun guru Muhammadiyah.
Jika dilihat dari sisi kebutuhan organisasi, Muhammadiyah sudah memiliki banyak sekali amal usaha yang mampu menopang roda organisasi, itupun tak hanya di tingkatan pusat saja, tetapi sampai di ranting. Mereka mandiri dan mampu berdaya dengan berbagai amal usahanya. Muhammadiyah bukan organisasi ‘kemarin sore’, sudah seabad lebih persyarikatan ada dan mampu bertahan dengan berbagai dinamika yang ada didalam internal maupun eksternal. Sehingga Muhammadiyah sudah saatnya mengembangkan ruang geraknya, khususnya dibidang ekonomi yang salah satunya adalah pertambangan.
Pada poin yang ada dari Risalah Konsolidasi Nasional Muhammadiyah sudah sangat jelas dan terang disampaikan, bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah menerima tawaran pemerintah tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, menjaga alam dan yang terpenting menjalankan usaha tambang yang sesuai tuntunan agama, secara profesional dan amanah. Sehingga nantinya dapat memberikan contoh yang baik bagi pengelola tambang lainnya.
Rasanya sangat rasional dan bisa diterima, mengingat dan melihat, selama ini Muhammadiyah dapat bekerja serta menjalankan berbagai amal usahanya dengan baik, rapi, dan dengan tata kelola yang profesional. Dari sinilah kita yakin dan optimis, bahwa tambang di tangan Muhammadiyah nantinya akan berjalan dengan baik serta membawa kebaikan, pun pula menjadi teladan.
Tambang Berkemajuan ala Muhammadiyah
Sebagai kader, penulis sendiri menjadi salah satu dari sekian kader yang berharap agar Muhammadiyah tidak menerima tawaran pemerintah untuk pengelolaan tambang. Kiranya sama sebagaimana alasan dari berbagai orang yang tidak setuju. Namun, bapak-bapak yang ada di Pimpinan Pusat bukanlah orang yang asal. Beliau disana memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, pengalaman yang mumpuni, serta memiliki relasi yang cukup luas. Keputusan ini pun tidak 13 Pimpinan saja yang rapat, Majelis di tingkatan PP, seluruh Pimpinan ditingkatan Wilayah memberikan tanggapannya, termasuk organisasi otonom (ortom) ditingkat pusat.
Sudah pastilah didalamnya ada perdebatan, adu argumen, menimbang baik buruknya, pasti beliau-beliau sudah membahas dan melalui hal itu. Maka, penulis sendiri yang tadinya berharap Muhammadiyah menolak, setelah keputusan resmi itu sudah disampaikan, maka sebagai kader hanya ada dua sikap, menghormati dan sami’na wa atho’na. Dengan harapan, nantinya akan dapat memberikan kebaikan serta berdampak hingga ditingkatan bawah (Ranting). Karena memang seharusnya seperti itu, tanpa bermaksud mengesampingkan yang juga menolak dan tetap pada sikapnya, itupun penulis tetap respect.
Penulis sendiripun masih sama, tidak sepakat dengan keputusan ini, sama. Hanya saja, mau gimana pun juga, di organisasi ini kita menemukan rasa cinta. Begitupun yang tetap tidak setuju pun juga karena cinta. Tetapi, dari keputusan ini, kita semua berharap dan yakin bahwa Muhammadiyah akan tetap sama. Akan tetap mengkritik pemerintah ketika tidak sesuai, dan akan menjadi kontrol. Dan kekhawatiran Muhammadiyah akan ‘diam’ karena dapat tambang terbantahkan, bukankah ketika ada kedzaliman namun diam saja bukan ciri dari Muhammadiyah?
Sinar Sang Surya Dibalik Tambang
Pancaran sinar Sang Surya dari tambang pasti akan sangat dinantikan, baik cara mengolah tambangnya, sampai pada hasilnya nanti kemana. Maka, ditangan Muhammadiyah, organisasi yang dikenal berkemajuan yang punya ribuan sekolah, ratusan rumah sakit, serta berbagai aksi sosial yang diakui dunia ini melebarkan dakwahnya melalui pertambangan. Tambang yang tidak memberikan dampak buruk bagi alam, sosial, dan kemanusiaan. Tambang yang hasilnya memberikan manfaat dan kebaikan bagi orang banyak, khususnya bagi kadernya yang sangat minim dalam perekonomiannya. Tambang yang memberikan dampak baik bagi alam, sehingga keberlangsungan alam dapat terus terjaga kedepannya.
Nampaknya Muhammadiyah harus dan mampu membuktikannya, bisa menghadapi tantangan ini, memanfaatkan alam dengan menjaga alam. Karena sebagai khalifah dibumi bukan hanya soal merawatnya saja, namun juga bagaimana kita mampu memanfaatkannya untuk kepentingan orang banyak. Kiranya itu yang kita harapkan, sehingga nantinya jika masih ada ranting ataupun cabang Muhammadiyah, atau pula ortom yang berkegiatan berharap dari proposal, dan belum memiliki amal usaha, nantinya dapat hidup dan menghidupkan organisasi.
Ketika ada guru-guru Muhammadiyah yang pindah dari AUM karena mengejar PPPK atau penghasilan yang dapat mencukupi kehidupannya, bisa disubsidi dari pusat secara langsung dan bisa fokus, betah mengelola serta mengabdi di sekolah Muhammadiyah ataupun sekolah Muhammadiyah yang masih butuh perhatian. Serta karyawan-karyawan AUM lainnya yang masih berpenghasilan dibawah, sehingga dampaknya, terkhususnya akan terasa pada diri Muhammadiyah (orang atau kader yang ada di AUM) itu sendiri. Semoga!
Editor Teguh Imami