Fathan Faris Saputro (Foto: PWMU)
Fathan Faris Saputro – APIMU Lamongan
PWMU.CO – Dalam perjalanan hidup manusia, pencarian kebahagiaan dan ketenangan sering kali menjadi tujuan utama. Di dalam Al-Quran, Surat Ar-Rad: 28, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” Pesan mendalam dalam ayat ini menyatakan bahwa ketenangan sejati hanya dapat ditemukan melalui hubungan spiritual yang kuat dengan Allah.
Fiersa Besari, penulis dan musisi terkenal, pernah menyatakan bahwa dunia hanya perlu tahu kita hebat. Pernyataan ini menekankan pentingnya pengakuan diri, di mana nilai kita ditentukan oleh keyakinan pada kemampuan sendiri, bukan oleh pengakuan orang lain.
Menurut Fiersa, kebahagiaan tidak memerlukan penilaian dari orang lain. Kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri, bukan dari pandangan atau penilaian orang lain. Kebahagiaan yang bergantung pada penilaian eksternal cenderung rapuh dan sementara, sedangkan kebahagiaan dari dalam diri lebih kokoh dan bertahan lama.
Pernyataan ini sangat relevan di era digital, di mana validasi dari media sosial sering dianggap sebagai ukuran keberhasilan dan kebahagiaan. Banyak orang terjebak dalam mencari pengakuan dan pujian dari dunia maya, mengaburkan makna sejati kebahagiaan dan keberhasilan. Fiersa Besari mengajak kita menemukan kebahagiaan yang tidak bergantung pada penilaian orang lain.
Winda Sari, pegiat ilmu psikologi, menyebutkan bahwa menurut teori Maslow, untuk mencapai aktualisasi diri, seseorang harus melewati berbagai tahapan kebutuhan, termasuk penghargaan diri. Diterima dan dicintai adalah bagian integral dari proses ini. Validasi dari lingkungan sosial penting karena membantu pembentukan nilai diri. Namun, dengan media sosial seperti Instagram, WhatsApp Story, dan Facebook, validasi ini sering kali menjadi pisau bermata dua.
Setiap hari, kita melihat orang-orang memamerkan diri, karya, dan pencapaian di media sosial. Setiap like, share, dan jumlah views menjadi indikator penerimaan sosial yang mendukung kebutuhan validasi kita. Namun, perilaku ini dapat menjadi bumerang. Banyak literatur menunjukkan bahwa media sosial dapat menimbulkan rasa tidak aman, stres, dan depresi akibat perbandingan berlebihan dengan orang lain. Ketika validasi dari luar terlalu penting, kita bisa kehilangan jati diri dan ketenangan batin sejati.
Apakah mencari validasi dari luar benar? Pertanyaan ini sering menimbulkan dilema. Namun, Winda Sari mengusulkan bahwa validasi paling aman dan benar adalah yang datang dari dalam diri sendiri. Validasi internal diperoleh melalui pencapaian dan karya yang dilakukan dengan kesadaran dan keikhlasan. Ketika kita memanfaatkan kekuatan dan kelebihan diri secara maksimal, kita akan merasa lebih percaya diri dan puas dengan diri sendiri.
Dalam aktivitas sehari-hari, kita bisa menemukan validasi internal. Dengan mengungkapkan perasaan dan ketidaknyamanan secara jujur, kita memberi diri ruang untuk merasakan kelegaan mendalam. Ini adalah cara mendengarkan dan merespons kebutuhan emosional tanpa bergantung pada persetujuan atau pengakuan orang lain.
Validasi diri menunjukkan bahwa kita menghargai dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian, kita membangun fondasi kuat untuk kesejahteraan emosional yang tidak tergoyahkan oleh penilaian eksternal. Dalam jangka panjang, ini membantu kita menjadi lebih percaya diri dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan ketenangan dan kebijaksanaan.
Kebahagiaan sejati tidak membutuhkan validasi dari orang lain. Hubungan spiritual yang kuat, penghargaan diri, dan validasi internal adalah kunci ketenangan dan kepuasan hidup. Dengan membangun hubungan yang mendalam dengan diri sendiri dan nilai-nilai spiritual, kita menemukan kebahagiaan yang tidak tergantung pada faktor eksternal. Penghargaan diri yang tulus muncul dari pemahaman dan penerimaan diri, yang pada akhirnya membawa ketenangan batin.
Kita harus belajar mengenali dan menghargai nilai diri tanpa bergantung pada penilaian orang lain. Proses ini melibatkan refleksi diri dan pengembangan kepercayaan diri autentik. Dengan menumbuhkan rasa percaya diri dari dalam, kita bisa mencapai potensi penuh dan merasakan kepuasan hidup yang sejati. Kita bisa menjadi hebat tanpa mencari validasi dari dunia luar, karena kekuatan sejati berasal dari dalam diri.
Editor Teguh Imami