PWMU.CO – Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Lamongan Menggelar Acara Puncak Milad ke-107 di Masjid As-Syifa’ Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, Jalan Jaksa Agung Suprapto 76 Sukorejo Lamongan pada Minggu (28/7/2024).
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Drs H Shodikin MPd, Sekretaris PWA Jatim Dr Nur Mukarromah SKM MKes, Ketua PDA Lamongan Hj Diyana Mufidati SAg SPd beserta jajarannya, dan para undangan yang terdiri dari pimpinan ‘Aisyiyah dari seluruh ranting dan cabang se-Kabupaten Lamongan.
Milad ‘Aisyiyah ke-107 ini mengusung tema Gerakan ‘Aisyiyah Sehat Sebagai Dakwah Melestarikan Semesta.
Ketua PDM Lamongan Drs H Shodikin MPd dalam sambutannya mengatakan bahwa, keberhasilan dan kemajuan yang diraih oleh ‘Aisyiyah Lamongan dalam berdakwah bukan semata-mata hanya karena kerja kerasnya, tetapi juga karena Rahmat dan pertolongan Allah SWT.
“Dalam berbagai event, ‘Aisyiyah Lamongan selalu mendapat keberhasilan. Oleh karena itu, saya mengucapakan selamat dan sukses,” ucapnya.
Dia mengingatkan bahwa, dalam bermilad hendaknya berpijak pada Quran surat al-Hasyr ayat 18. Dalam surat tersebut kita diminta untuk bertakwa kepada Allah SWT dan melihat masa lalu untuk kemudian menatap hari esok.
Melihat masa lalu artinya kita hendaknya mengevaluasi terhadap diri sendiri, apa saja yang sudah kita lakukan. Menatap hari esok artinya, sebagai ‘Aisyiyah yang berkemajuan kita harus peduli terhadap isu-isu kemanusiaan dunia.
Satu dari sepuluh wanita menghadapi kemiskinan ekstrim, lalu bagaimana peran ‘Aisyiyah agar bisa membantu kemiskinan wanita Indonesia bahkan dunia yang ekstrim tersebut.
Masa depan adalah masa depan yang cerah, masa depan yang penuh harapan, ‘Aisyiyah ke depannya harus menjadi perempuan yang lebih bagus, lebih terdidik dan lebih sejahtera dibanding masa lalu.
Perempuan punya peran strategis dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Jangan lupa Al Ummu Madrasatul Ula, ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Sejak lahir yang dikenal oleh seorang anak adalah ibu, yaitu perilakunya, akhlaknya, dan keteladanannya, maka surga ada di telapak ibu, artinya masa depan anak tergantung bagaimana cara ibu mendidiknya.
Dalam rumah tangga wanita berdiri sejajar atau berdampingan dengan suami dan bukan konco wingking.
Peran strategis wanita dalam rumah tangga adalah sebagai bendahara dan kepala bagian pengadaan, maka harus bijak mengelola keuangan keluarga. Adakan yang memang dibutuhkan dan jangan sampai mengadakan yang diinginkan.
Wanita harus bisa menyemangati suami seperti yang telah dicontohkan oleh sayyidatina Khadijah istri Rasulullah SAW.
Bagaimana Sayyidatina Khadijah memberi semangat dan menguatkan suaminya yaitu Nabi Muhammad SAW yang saat itu sering berkhalwat di Gua Hira. Setiap hari dengan sabar dan telaten Khadijah mengirim makanan ke Gua Hira yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari rumah Khadijah.
Kemudian saat menjelang usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira dan menggigil kedinginan kemudian, Khadijah dengan kasih sayangnya bergegas menyelimuti Nabi Muhammad SAW.
Disemangati bahkan diajak konsultasi kepada kerabatnya yang seorang pendeta dan Khadijah menjadi orang pertama yang membenarkan kerasulan Muhammad SAW.
Mengakhiri sambutannya, dia berpesan kepada para perempuan yang saat ini juga berperan di luar rumah.
“Bagaimana peran para perempuan di luar rumah? Perempuan aktivis, perempuan menteri, perempuan bupati?. Menjadi apa pun perempuan di luar rumah, hendaknya jangan lalai terhadap anak dan keluarganya. Jangan sampai anak tidak terurus,” pesannya
“Jika ‘Aisyiyah cermat, insyaallah ke depan ‘Aisyiyah akan terus berkembang dengan pesat,” pungkasnya. (*)
Penulis Sri Asian Editor Ni’matul Faizah