PWMU.CO – Tahun ajaran baru telah bermula. Selasa (30/7/2024) adalah minggu kedua pembelajaran. Seperti biasa sebelum memulai pembelajaran, siswa SMK Muhammadiyah 1 dan 2 Taman yang tergabung dalam Vocational High School Taman (Vocatama) berkumpul di masjid Al Mukminin untuk melakukan shalat Dhuha.
Kegiatan dimulai dengan bacaan surat pendek yang dipandu Ustadz Suyanto MPdI dan dilanjutkan oleh beberapa siswa kelas X. Berikutnya shalat Dhuha dibimbing oleh Ustadz Saiful Rizal SPd. Dia juga pembina dan wali kelas siswa X Teknik Kendaraan Ringan.
Tiba saat kultum (kuliah tujuh menit) oleh siswa dan guru. Pagi ini yang bertugas adalah Khotob, anak X DKV (Desain Komunikasi Visual). Sedangkan dari pihak guru oleh Bu Ega, guru dan wali kelas XI DKV.
Khotob memulai kultumnya dengan perkenalan diri terlebih dahulu.
“Saya lahir di Bandung dan kemudian baru saja pindah ke Sidoarjo,” Kata pedakwah muda tersebut memulai tausiahnya.
Ia menekankan bahwa generasi muda sekarang masih banyak yang bangga berpacaran, padahal itu haram hukumnya.
Al-Qur’an menyebutkan dalam Surat al-Isra’ ayat 32, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Sang narasumber dengan logat Sunda menyampaikan, “Karena saya melihat banyaknya anak muda zaman sekarang yang terlibat dalam pacaran, padahal dalam Islam hal itu sangat diharamkan. Jadi saya ingin menyadarkan atau mengingatkan kembali. Pacaran itu bukan wujud jatuh cinta, tetapi tepatnya adalah jatuh ke dalam jurang yang penuh dosa.’’
Dijelaskan bahwa segala macam bentuk pacaran tidak dapat dibenarkan kecuali jika pacaran yang bermakna khitbah. Proses khithbah pun hanya membolehkan seorang lelaki memandang muka dan telapak tangan perempuan, tidak lebih.
وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin, dikutip dari ad-Dzariyat ayat 55.
“Dan saat kita menyampaikan sebuah kebenaran maka akan muncul 2 reaksi. Orang bijak pasti akan merenung sementara orang pandir akan tersinggung,’’ katanya menutup tausiyahnya.
Tausiyah yang pendek, hanya tujuh menit saja namun dimaknai mendalam oleh sang penceramah berbakat dari Bandung ini.
“Jujur, saya merasa gugup karena itu kali pertama saya berceramah di depan mimbar. Apalagi dengan jumlah siswa yang banyak,” jawab Khotob ketika wawancara dengan kontributor setelah acara selesai. Selamat datang wahai Da’i Muda, semoga sukses menimba ilmu dan menebar kebaikan. (*)
Penulis Dian R Agustina Editor Wildan Nanda Rahmatullah