PWMU.CO – Semangat nol rupiah nol meter melahirkan berdirinya Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta. Hal ini disampaikan oleh Kepala SMP MBS Yogyakarta, Habib Luthfiansyah saat menerima rombongan rihlah Mubaligh Muhammadiyah Banyuwangi yang berlangsung di aula MBS Sleman Yogyakarta, Ahad (28/7/2024).
Pukul 10.33 WIB acara dimulai. Di awali dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh santri MBS, Furqan namanya. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars Sang surya.
Di hadapan 16 orang mubaligh Muhammadiyah Banyuwangi itu, Habib Luthfiansyah menyampaikan informasi MBS Yogyakarta ini.
“MBS ini lahir dari semangat nol rupiah nol meter. Namun sekarang jumlah total santri kami sudah mencapai kurang lebih 3000 orang untuk jenjang SD, SMP, dan SMA,” ujarnya.
Sementara itu Kabag Humas MBS, Odjie Samruji menjawab pertanyaan dari Taufiqur Rohman yang ikut dalam rihlah mubaligh ini terkait semangat nol rupiah, nol meter sampai terwujud MBS yang megah dengan 90 rombel seperti sekarang ini.
Odjie Samruji menjawab dengan menceritakan MBS berdiri pada tahun 2008. Awalnya tak mempunyai apa-apa. Baik uang maupun tanah.
“MBS ini dibangun, karena keprihatinan atas kekurangan kader persyarikatan. Maka visi sekolah ini adalah terbentuknya lembaga pendidikan pesantren yang berkualitas dalam menyiapkan kader Muhammadiyah berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah,” ulasnya.
Dengan semangat nol rupiah nol meter ini para pemuda Muhammadiyah, salah satunya Muhammad Nashirul Ahsan berkoordinasi dengan PCM Prambanan. Termasuk dengan Agung Danarto dan Prof Amien Rais dan beberapa tokoh Muhammadiyah lainnya.
Awal Berdirinya MBS
Setelah sepakat mereka sowan kepada ke Keraton Yogyakarta. Hasilnya mendapatkan pinjaman tanah dengan status hak pakai. Di situlah di launching awal berdirinya MBS.
Tekad warga Muhammadiyah ikut serta dalam membesarkan MBS ini. Awalnya mendapatkan 63 santri dari 10 provinsi dan 6 kabupaten. Dan akhirnya sekarang telah memiliki bangunan di atas tanah sendiri dengan jumlah siswa lebih dari 3000 Siswa.
Menjawab pertanyaan Imron Effendi mubaligh dari Purwoharjo Banyuwangi bagaimana cara pengelolaan pondok, Odjie Samruji mengatakan para pimpinan Muhammadiyah menyerahkan kepada yang ahli mengonsep dan mengelolanya.
Odjie Samruji menambahkan, kini MBS Yogyakarta merupakan sekolah yang alumninya dapat kuliah di dalam dan luar negeri. Bahkan dapat lisensi untuk kuliah di Al-Azhar Mesir dan Universitas Islam Madinah
Mengakhiri rihlah ini, Koordinator Rihlah, Hilmi Marzuki SAg menyampaikan terima kasih. Karena diterima dengan baik oleh pihak MBS. (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Amanat Solikah