PWMU.CO – Diskusi intelektual online digelar oleh bidang Lingkungan Hidup Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Malang Raya secara online pada Senin (29/7/2024) malam.
Topik yang dibahas adalah Fiqih pertambangan. Kegiatan diskusi ini diselenggarakan sebagai bentuk kritis terhadap sikap pro Muhammadiyah melalui hasil konsolidasi nasional.
Diskusi intelektual melalui zoom meeting ini menghadirkan narasumber dari Tim Mufasir Kitab “At-Tanwir” Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, Kyai Cepu.
Diskusi ini dimoderatori oleh ketua bidang Lingkungan Hidup PC IMM Malang Raya dan sekaligus aktivis Kader Hijau Muhammadiyah Malang, Dievanul Fajri Dzahabiyah SHt.
Immawati Dieva membuka diskusi dengan menjelaskan tujuan diadakannya diskusi kali ini. Tujuannya adalah agar kader IMM di Malang Raya khususnya dan selainnya bisa lebih mengkritisi kebijakan PP Muhammadiyah yang memutuskan ikut serta dalam menjalankan IUP pertambangan.
Kyai Cepu dalam pengantarnya menuturkan bahwa, sebelum kita berkomentar atas suatu peristiwa/berita, ada baiknya kita memahami dalam Muhammadiyah itu ada yang Namanya Bayani dan Burhani.
Dia kemudian menjelaskan sekilas mengenai pendekatan bayani dan burhani itu sendiri. Dia mengatakan jika bayani lebih menitikberatkan pada adanya berbagai kemungkinan yang dimunculkan dari ibadah maupun muamalah. Maka lain halnya dengan burhani yang lebih menitikberatkan pada silogisme/perkara hubungan sebab akibat.
Sebagai analogi, ibarat pisau yang digunakan untuk mengiris buah ataupun sayur, maka hasilnya positif. Namun menjadi negatif jika digunakan untuk membunuh atau mencelakai orang. Hal serupa juga berlaku pada sikap Muhammadiyah yang memutuskan menerima IUP pertambangan.
Diskusi tersebut juga disertai dengan sesi tanya jawab antara partisipan dengan narasumber, yang mana mayoritas yang dipermasalahkan adalah dampak negatif yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan. Salah satu partisipan juga sedikit mempertanyakan jika yang namanya tambang pasti hasilnya negatif, baik itu emas, nikel maupun batu bara.
Untuk kalangan kader hijau maupun IMM pada umumnya, alangkah baiknya jika tidak serta membicarakan perkara dampak yang dihasilkan dari sebuah pertambangan. Namun bisa juga dibicarakan terkait dampak positif yang dapat diraih, jika tambang terkait bisa dikelola dengan baik oleh Muhammadiyah.
Dia menutup pemaparannya dengan kembali menghimbau seluruh kader IMM, terutama kader hijau Muhammadiyah untuk lebih memiliki nalar kritis dalam menyikapi sebuah peristiwa, tidak terfokus langsung mengkaitkan dengan hal-hal yang bersifat negatif atas peristiwa terkait.
Penulis Habib Amrullah Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun