PWMU.CO – Cek imanmu bukan cek khodammu menjadi tema pembahasan Kajian Muslim Milenial dalam kegiatan (Kammil) Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik, Jumat (2/8/2024).
Di hadapan siswa putra kelas VII-IX, pemateri Ichwan Arif SS Mhum menjelaskan Allah adalah Tuhan semesta alam yang mencipta segala sesuatu. Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang terakhir tanpa penghabisan.
“Tidak ada yang bisa disamakan dengan-Nya. Keesaan-Nya adalah inti dari kepercayaan akan ketuhanan. Allah adalah kehidupan itu sendiri, mengatur segala yang ada di dunia ini dengan mendengar dan melihat segala yang terjadi,” jelasnya.
Dia menuturkan, wajib kita percaya akan Allah. Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya. Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan.
“Tiada sesuatu yang menyamai-Nya. Yang Esa tentang ketuhanan-Nya, yang hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada,” tambahnya.
Fenomena yang sedang viral, lanjutnya, ada istilah khodam. Khodam berasal dari kata Arab, khādim yang berarti pelayan atau pembantu. Dalam buku Ilmu Hikmah Antara Hikmah dan Kedok Perdukunan menjelaskan khodam merujuk pada jin muslim yang menjadi sahabat seseorang.
“Dalam buku Misteri Khodam pun mengartikan khodam dalam tradisi Jawa dikenal sebagai makhluk yang dapat ditugaskan untuk membantu manusia dalam urusan tertentu. Istilah lain dari khodam adalah perewangan dalam budaya Jawa,” ucapnya.
Dalam konteks spiritual dan mistik, jelasnya, khodam dianggap sebagai entitas gaib yang mendampingi atau membantu seseorang. Khodam bisa berupa jin, roh leluhur, atau makhluk lain yang dianggap memiliki kemampuan supranatural.
“Para ulama Islam bersepakat bahwa membuat, memiliki, atau mempercayai jimat untuk tujuan-tujuan seperti penglarisan, kecantikan, atau perlindungan termasuk dalam kategori syirik atau menyekutukan Allah,” katanya.
Dalam ajaran Islam, sambungnya, syirik dianggap sebagai dosa yang paling besar dan tidak akan diampuni jika diteruskan hingga akhir hayat. Konsep ini ditegaskan melalui beberapa ayat al-Quran dan hadis Nabi Muhammad Saw.
Dalam al-Quran Surat az-Zumar ayat 38, Jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Mereka pasti akan menjawab, ‘Allah’. Katakanlah, ‘Apakah kamu tidak memperhatikan apa yang kamu seru selain Allah? Jika Allah menghendaki kebaikan untukku, apakah mereka bisa menghilangkan bahaya itu? Atau jika Allah menghendaki keburukan untukku, apakah mereka bisa menolak rahmat-Nya? Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, kepada-Nya berserah diri orang-orang yang meyakini’.
Cek Khodam identik dengan memprediksi sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera manusia. Begitu pun juga dengan meramal, keduanya secara praktik tidak jauh berbeda.
“Bagi umat Islam, mendatangi tukang ramal telah dilarang oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami,” jelasnya.
Orang yang mempercayai khodam, tegasnya, berarti dia lebih percaya pada ciptaan Allah, dan tidak percata dengan sang pencipta yaitu Allah Swt.
Menguatkan Iman
Dengan demikian, jelasnya, cek khodam sama saja dengan meramal yang dilarang oleh Rasulullah sebagaimana hadits di atas. Bagi umat Islam, sebaiknya tetap menjalani aktivitas normal dengan cara berdoa dan berikhtiar yang selanjutnya adalah tawakal atau memasrahkan semua urusannya kepada Allah SWT.
Maka, kita harus menguatkan iman. “Cara pertama yaitu mencari ilmu agama menjadi dasar terpenting untuk menjaga keimanan di dalam diri. Dengan ilmu agama seseorang akan mengerti dan paham akan tujuan dari kehidupan di dunia ini,” paparnya.
Kedua, rajin membaca al-Quran yang menjadi petunjuk luar biasa dari segala hal. Dengan kita rajin membaca al-Quran hati menjadi tenang dan semakin dekat dengan Allah Swt.
“Ketiga, menjauhi segala sesuatu yang mampu merusak keimanan. Keimanan yang sudah dijaga sebaiknya tidak dikotori dengan hal-hal yang buruk seperti kesyirikan, mempercayai ramalan dan lainnya,” pungkasnya. (*)
Penulis Fitri Wulandari Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan