PWMU.CO – Pengajian Masjid At-Taqwa Setail membahas amar makruf nahi munkar. Hal itu disampaikan oleh Ketua MPID PDM Banyuwangi, Taufiqur Rohman MPdI saat mengisi pengajian rutin Sabtu Malam Ahad yang bertempat di Masjid At-Taqwa, Setail Genteng Banyuwangi Jawa Timur, Sabtu (3/8/2024).
Sebelum pengajian berlangsung, Masjid At-Taqwa Setail yang beralamat di Jalan Samiran itu telah dimakmurkan oleh jamaah laki-laki dan perempuan dengan melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.
Bertindak sebagai imam shalat Maghrib adalah Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Banyuwangi, Drs Syaerofi MEd dengan membaca surat asy-Syam di rakaat pertama dan surat al-Qariah di rakaat yang kedua. Shalat berlangsung dengan tertib dan khusyuk.
Setelah itu jamaah bersiap untuk mengikuti pengajian rutin yang disampaikan oleh Taufiqur Rohman. Mengawali kajiannya, dia mengajak jamaah bersyukur kepada Allah Swt karena masih diberikan kekuatan untuk hadir di majelis ilmu ini.
“Semoga duduk kita di majelis ini, dicatat sebagai amal shalih,” ujarnya.
Selanjutnya dia membacakan satu ayat dalam al-Qur’an Surat Ali Imran 104. Di ayat tersebut menjelaskan perintah Allah agar ada sekelompok manusia yang menyeru kepada kebaikan. Mereka menyuruh sesamanya untuk berbuat makruf dan mencegah terhadap kemunkaran.
“Itulah solusi yang diberikan oleh Allah, jika hidup ini ingin beruntung,” tandasnya.
Lebih lanjut, ustadz kelahiran Banyuwangi itu menjelaskan tidak ada manusia yang ingin hidupnya tidak beruntung. Manusia yang normal pasti menginginkan hidupnya selalu beruntung.
“Dan syarat yang diberikan oleh Allah untuk mendapatkan keberuntungan itu dengan cara melakukan dakwah amar makruf nahi munkar,” terangnya.
Lalu dia menerangkan cara yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam dakwah amar makruf nahi munkar. Dalam hal kemakrufan, dia memberikan contoh seperti menyantuni anak yatim, berinfak, dan memberikan sedekah kepada fakir miskin.
Sedangkan dalam hal kemungkaran bagaimana cara mencegahnya, dia membacakan satu hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Said Al-Khudri.
Taufiqur Rohman mengulas singkat siapa Abu Said Al-Khudri. Dalam uraiannya dia menjelaskan Abu Said Al-Khudri adalah sahabat Anshar yang sangat bersahaja, meskipun hidupnya berkecukupan. Dia seorang penghafal hadits Nabi.
“Di usia 13 tahun, dia sudah berani menawarkan dirinya untuk ikut berperang bersama nabi melawan kemunkaran yang dilakukan kafir Quraisy. Meskipun hal itu belum diizinkan oleh Nabi, karena usianya masih belia,” ulasnya.
Dalam hadits tersebut setidaknya ada tiga cara mencegah kemunkaran. Pertama, dengan menggunakan tangan. Artinya dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki.
“Di sinilah pentingnya orang-orang yang memegang kekuasaan untuk tampil mencegah suatu kemunkaran dengan kekuasaannya itu,” tegas Taufiqur Rohman.
Kedua, dengan lisan. Bisa melalui nasehat, ceramah, atau pun dengan fatwa. Semua itu merupakan cara mencegah kemunkaran dengan lisan.
Jika dengan kekuasaan dan lisan masih tidak mampu mengubah kemunkaran yang terjadi, maka gunakan cara yang ketiga, ubahlah dengan hati. Artinya tidak menyetujui terhadap kemunkaran tersebut.
Namun perlu diingat, sambung dia, kalau kita melihat kejahatan dan bisanya cuma mengelus dada, maka kita termasuk yang lemah imannya.
Pengajian yang berlangsung selama satu jam itu berlangsung dengan khidmat. Diakhiri dengan bacaan hamdalah. (*)
Penulis Ghulam Bana Islama dan Taufiqur Rohman Editor Wildan Nanda Rahmatullah