PWMU.CO – Bincang-bincang dengan Kyai Mataji yang kini usianya 74 tahun, melalui silaturahim dan bertanya tentang keinginannya menghidupkan Muhammadiyah, di rumahnya pada Jum’at ( 2/8/2024).
Dia mengatakan dalam mendirikan Muhammadiyah Desa Kuripan, penuh rintangan dan hambatan. “Adanya hal tersebut bukan tambah takut tetapi tambah berani” tegas Mantan Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kuripan empat periode berturut-turut itu.
Kyai Mataji Kini
Saat ini, Kyai Mataji merupakan Penasehat PRM Kuripan, dan tetap aktif memberikan dan menguatkan ideologi Muhammadiyah melalui pengajiannya. Dari pengajian anak-anak sampai orang dewasa.
Selain itu, ia masih tekun dalam membina warga Muhammadiyah di PRM Kuripan. Berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan dakwah juga tidak luput dari perhatiannya.
‘Memberi pengajian Nasyiatul dua kali sebulan, Aisyiyah juga dua kali sebulan, hari kedua dan keempat dengan materi Tajwid dan Al quran” ujarnya.
Tidak berhenti di sana, Kyai Mataji juga mengisi pengajian Ibu-ibu Aisyiyah setiap Jumat Legi habis Jumatan. Materi yang ia sampaikan pun umumnya mengacu pada Hadits al Arbain.
“Mengajar ngaji santri TPA setiap hari habis jamaah Ashar Libur hari Jumat, dibantu beberapa ustadzah yang telah mampu membimbing anak TPA” ujarnya.
Aktif Ngaji hingga Luar Desa
Di samping memberikan ilmunya, beliau juga tetap aktif mengikuti pengajian meskipun di luar desanya. Mengikuti ngaji Jumpa di Masjid At taqwa tanggul Babat. Pengajian yang ia ikuti seperti pengajian Jum’at wage dan Jum’at Kliwon yang terlaksana oleh MT PCM Babat.
“Juga mengikuti pengajian Rutin PDM Lamongan, di Masjid Ki Bagus Hadikusuma Universitas Muhammadiyah Lamongan dan Masjid Asy Syifa’ RSM” jelas Pensiunan PNS tersebut.
Di samping itu, ia juga mentadabburi hadits-hadits hukum setiap hari di waktu senggangnya. Selain itu, beliau pun sudah menghafal juz Amma, serta surat tertentu, di antaranya ash-Shof, al-Jumu’ah al-Munafiquun, at-Taghobuun dan al-Muzammil. Muroja’ah ia lakukan setiap habis Maghrib sambil menanti waktu Isya’, sekalian jama’ah Isya’.
Kyai Mataji melakukan itu semua agar penggantinya dapat meneladani perjuangannya dalam bermuhammadiyah, lillaah tanpa pamrih walau banyak rintangan tetap berjuang harus tetap dilakukan. Sebagaimana ketika ia mendirikan ranting Muhammadiyah yang banyak rintangan dan tantangan.
Penulis Hilman Sueb, Editor Danar Trivasya Fikri