PWMU.CO – Lembaga Seni Budaya Pimpinan Daerah Muhammadiyah (LSB PDM) Surabaya gelar “Srawung Bareng”, Sabtu (10/8/2024). Kegiatan kali ini bertema “Merdeka Berseni Budaya dan Berkarya untuk Mencerahkan Peradaban”, digelar di Gedung TMB Lantai 4 SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Surabaya.
Membuka acara, siswa-siswi SD Mudipat memainkan gamelan seperti bonang, gong, dan bonang menyambut para peserta. Kemudian, Kepala SD Mudipat bersama salah satu guru membawakan lagu “Taman Jurug” yang dipopulerkan oleh Didi Kempot.
Hadir dalam acara ini adalah Ketua LSB PDM Surabaya sekaligus Kepala SD Mudipat, Edy Susanto MPd. Selain itu ada juga Wakil Wali Kota Surabaya, Ir H Armuji MH dan Ketua PDM Surabaya, Dr H M Ridlwan MPd.
Tak lupa juga yang menjadi tamu kali ini dari LSB PP Muhammadiyah, Kiai Cepu dan Dosen UM Surabaya, Muhammad Maulana Mas’udi. Membuka acara ini, Kiai Cepu menyanyikan Tembang Kinanthi yang diciptakan oleh Sunan Muria.
Hamba yang Shalih Itu Menjaga Bumi
Kiai Cepu kemudian berpesan bahwa seorang yang shalih adalah mereka yang menjaga bumi. Hal tersebut karena Allah sudah berfirman dalam surat al-Anbiya’ ayat 105 yang artinya: Bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.
“Jadi bumi itu diwariskan bagi orang yang shalih. Yakni orang yang menjaga bumi dari kerusakan,” ungkap Kiai Cepu.
Dia juga mengungkapkan bahwa budaya orang beriman itu seharusnya menjaga kebersihan, karena itu adalah bukti keshalihan kita. Contoh perbandingan nyata kebersihan di Indonesia dan di Perancis, contohnya, adalah dalam kebersihan kamar mandinya.
“Padahal mereka bukan orang Islam, sudah saatnya orang muslim juga menjaga bumi ini, karena bukti orang beriman adalah menjaga kebersihan,” jelas Kiai Cepu.
Surabaya Itu Kota Berbudaya
“Surabaya itu kota yang berbudaya,” ungkap Ketua PDM Surabaya, Dr H M Ridlwan MPd.
Dia mencontohkan adanya budaya ludruk yang dimainkan lakon dan budaya adu doro. Kedua tradisi tersebut menjadi ciri khas budaya Surabaya.
“Namun sayang, keduanya belum dikemas secara Islami,” ungkapnya.
M Ridlwan kemudian mencontohkan bagaimana nanti jika kedua tersebut mengandungi unsur Islami. Dapat dibayangkan jika pagelaran ludruk membawa kisah Nabi Musa atau adu doro yang hadiahnya umrah.
“Itu karena biasanya adu doro mengandungi unsur judi. Mungkin Muhammadiyah mau mengolah hal itu, agar unsur judinya hilang,” pesannya.
Wakil Wali Kota Surabaya, Ir H Armuji MH menerangkan bahwa salah satu ciri khas Kota Surabaya adalah udeng. Udeng tersebut memiliki gaya bambu runcing di belakangnya.
“Ada dua jenis udeng gaya Surabaya. Yang pertama adalah dengan dua kain runcing di belakang untuk menghadiri acara resmi, dan yang memiliki satu kain lancip biasanya digunakan saat berperang,” terangnya.
Langgam Ojo Lamis
Di sela materi, Sekretaris PDM Surabaya, Catur Anang Hutoyo menyanyikan Langgam Ojo Lamis dengan suara yang merdu. Berikut lirik langgamnya:
Aja gumampang dadi wong Islam yen ta tanpa imanTindakna pasa tindakna zakat aja lali shalat
Tansah ngugemi dawuhe Gusti Al Qur’an kitab suci
Ja dilalekna lan katindakna ben mlebu suwarga
Kita niki ten dunya uripe mung sedela
Mbok aja gawe dosa elinga lan nyuwun pangapura
Akeh tuladha nèng ngalam dunya sing lali agama
Ayo dikaji lan dilakoni tanggung bisa mukti
Merdeka Itu Merdeka Berpikir
“Unsur merdeka itu dimulai dengan merdeka secara aqidah,” jelas Muhammad Maulana Mas’udi, seorang dosen UM Surabaya.
Dia menerangkan bahwa penting bagi umat Islam itu mempelajari aqidah secara mendalam. Seorang yang beriman memiliki kebebasan dalam berpikir dan mengutarakan pendapatnya.
“Maka perlu bagi Muhammadiyah untuk mempunyai Prodi Aqidah dan Filsafat,” terang Mas’ud. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Syahroni Nur Wachid