Dhian Wahana Putra, dosen Universitas Muhammadiyah Jember saat mengisi ceramah, foto: Sarwito
PWMU.CO – Tema pengajian Ahad pagi masjid Al Ihsan Kalibaru pada Ahad, 11 Agustus 2024 ini adalah Menata Pendidikan Islam untuk Mewujudkan Cita-cita Kemerdekaan. Tema yang dibawakan oleh ustad Dhian Wahana Putra, dosen Universitas Muhammadiyah Jember ini, sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini, dimana kita sedang memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79. Pengajian ini diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu jamah masjid Al Ihsan dengan sangat antusias.
Di awal penyampaian materinya, Dr. Dhian mengajak para jamah pengajian untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita semua, terutama mensyukuri nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, dan nikmat kemerdekaan. “Karena semua nikmat itulah hari ini kita berkumpul di tempat yang mulia ini. Kita doakan saudara-saudara kita yang belum bisa datang pada Ahad pagi ini untuk bisa datang pada kesempatan yang lain,” katanya saat ceramah.
Pilar Pendidikan Islam saat ini ada 4, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan media sosial. Keluarga adalah tempat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak kita. Anak-anak kita lahir di tengah-tengah keluarga kita.
“Begitu anak kita terlahir maka tugas utama bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya di rumah. Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Tugas utama orang tua dalam keluarga adalah menjaga seluruh anggota keluarganya dari api neraka. Menjaga keluarga dari siksa api neraka hanya bisa dilakukan melalui pendidikan,” tambahnya, disambut antusias peserta yang hadir.
Kita semua adalah guru bagi anak-anak kita. Ilmu keguruan wajib dimiliki oleh semua orang. Orang tua yang berprofesi sebagai pedagang harus memiliki ilmu keguruan, orang tua yang berprofesi sebagai petani, berprofesi dokter, bankir, dan sebaginya semuanya wajib memiliki ilmu keguruan, karena mereka punya tugas yang tidak kalah pentingnya dibandingkan mencari nafkah, yaitu mendidik anak-anaknya untuk membebaskan seluruh anggota keluarganya dari api neraka.
“Dalam tema pengajian kali ini, kita mengambil tema “menata”. Ini artinya bahwa ada sesuatu yang masih berantakan, ada sesuatu yang masih belum tertata dan harus dibenahi. Dua hal yang harus ditata dalam dunia pendidikan kita adalah masalah keteladanan dan kurikulum.” Pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi kajian Dr. Dhian mengutip dari Imam Al Ghazali. Menurut Al Ghazali, hal pertama yang harus dilakukan dalam mendidik anak-anak adalah memperbaiki diri sendiri, karena saat kita di rumah, mata anak-anak selalu melihat apa yang kita lakukan. Telinga anak-anak selalu mendengar apa yang kita ucapkan. Semua yang terjadi di dalam rumah akan terekam seluruhnya oleh anak-anak kita. Lama-kelamaan semuanya akan membentuk menjadi kepribadian anak. Oleh karena itu, jangan salahkan anak kalau anak-anak kita sulit diajak sholat jika orang tua tidak pernah sholat.
Hindari semua percekcokan antar orang tua di depan anak. Hindari kata-kata “ayah lagi sibuk kerja, ibu lagi istirahat” kala anak-anak kita minta tolong kepada ayah bundanya. Luangkan waktu kita untuk menanggapi apa yang diminta oleh anak-anak kita. Jangan sampai ada perasaan pada anak-anak bahwa bekerja itu lebih penting daripada membantu menjawab PR anak-anak. Istirahat itu lebih penting daripada mencarikan mainan anak-anak. Keluarga harmonis akan menjadi tempat yang nyaman bagi tumbuh kembangnya anak. Jadikan ayah dan ibu sebagai profil teladan bagi anak-anaknya. Contoh lebih utama daripada banyak bicara.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kurikulum keluarga adalah akidah dan akhlak. Orang tua harus memberi contoh akidah yang baik. Akidah merupakan kunci hidup bahagia dunia akhirat. Orang bisa terkena stres karena tidak menyandarkan hidupnya kepada Allah. Karena semua datangnya dari Allah, maka untuk menyelesaikan masalah ya harus kembali kepada Allah. Dalam surat Lukman ayat 13 Allah berfirman, “Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
Kontributor Sarwito Editor Teguh Imami