PWMU.CO – Kajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Menganti di Halaman Masjid Al Islah Sidowungu, Menganti, Gresik, Jawa Timur, Ahad (11/8/2024).
Kajian Ahad pagi dengan tema al-Quran sebagai sarana pedoman dan kunci sukses kehidupan disampaikan oleh pemateri Nur Hasan Muhammad dari Baitul Maal Griya al-Quran Surabaya.
“Dua nikmat yang diberikan oleh Allah adalah nikmat sehat dan nikmat waktu luang,” kata Nur Hasan Muhammad. Maka pergunakanlah dua nikmat itu untuk menghadiri majelis-majelis ilmu,” terang Nur Hasan Muhammad di awal tausiyahnya.
Menurutnya, standar orang diingatkan kurang lebih tiga puluh atau empat puluh hari. Sehari diingatkan saat pengajian dia akan istikamah sholat, sedekah paling banyak, tilawah setiap hari, rajin puasa sunnah dan qiamulail, namun setelah lewat dua puluh hari, tiga puluh hari sampai empat puluh hari kemudian mulai nggladrah (tidak konsisten).
Dia menjelaskan bahwa menuntut ilmu sangat penting, al ilmu nurun (ilmu itu cahaya) sebab kalau tidak punya ilmu kita akan terombang-ambing, tersesat, apalagi jika sudah terkena godaan setan gepeng (HP).
“Jika terkena anak-anak, mereka akan lupa belajar, jika terkena kakek nenek, mereka akan lupa dengan cucunya, jika terkena ibu-ibu maka dia lupa anak, lupa memasak dan lain sebagainya, karena setan gepeng (HP) itu bukan hanya godaan untuk anak-anak, tetapi untuk semuanya.”
“Maka dari itu kita perlu majelis-majelis zikir, majelis-majelis ilmu supaya kita senantiasa mendapatkan pengingat,” jelasnya.
Nur Hasan mengutip al-Quran Al Ashr.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
yang artinya ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.“
“Jadi, kalau tidak mau rugi, ingin beruntung, maka kembalilah kepada al-Qur’an,” himbaunya.
Di dalam al-Quran semuanya jelas, sudah lengkap. Jika kurang jelas maka diperinci oleh Rasulullah SAW dalam hadist-hadistnya, masih kurang jelas, ada para sahabat, kurang jelas lagi, masih ada tabiin.
“Masih kurang jelas lagi? Maka datanglah ke majelis-majelis ilmu yang menghadirkan para dai, para ulama yang selalu mengingatkan kepada kita semua untuk kembali kepada al-Quran dan as sunnah,” ujarnya.
Selanjutnya, Nur Hasan mengungkapkan bahwa kebenaran hanya ada satu, yaitu kebenaran yang Allah nyatakan itu benar. Maka selain yang dinyatakan Allah itu benar berarti itu salah meskipun kita melihatnya baik dan benar.
“Kalau bertentangan dengan al-Quran dan as-sunnah maka itu sudah pasti keliru,” ungkapnya.
Nur Hasan juga memberikan semangat kepada jamaah untuk datang ke majelis ilmu, sebab dalam majelis ilmu ada banyak barokah, ada banyak fadhilah (keutamaan). Minimal sudah mendapatkan tiket surga,” katanya.
“Tidak paham tidak apa-apa, yang penting datang. Jadi kalau kita mau mendapatkan tiket ke surga maka langkahkan kaki kita ke majelis-majelis ilmu dalam rangka tolabul ilmi (menuntut ilmu),” jelasnya.
Budaya seperti ini bukan hanya dipertahankan melainkan ditumbuh kembangkan. Kepada orang-orang sekitar yang belum atau tidak mau ikut mengaji mari diajak.
“Kalau tidak mau maka doakan, jangan dighibah. Karena ghibah tidak ada baiknya. Doakan mereka agar mereka mau ikut menghadiri majelis ilmu,” pungkasnya.
Penulis Nadhirotul Mawaddah Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun