PWMU.CO – Pengajian Ahad Pagi Kyai Haji Ahmad Dahlan yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Batu kali ini menghadirkan Abdurrahim Said MA, PDM Kota Malang, Ahad (12/8/2024).
Bertempat di Masjid at-Taqwa Kota Batu, Ustadz Abdurrahim Said membahas tentang bersungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan.
Di awal kajian, Ustadz Said menyampaikan bahwa tantangan utama untuk melakukan kebaikan adalah perjuangan melawan diri sendiri. Musuh yang berat itu adalah rasa malas dan capek dengan segala aktivitas yang kita lakukan.
Setelah mampu mengalahkan diri sendiri dan dapat berbuat kebaikan, pertanyaan selanjutnya adalah apakah kebaikan tersebut dilakukan sekadarnya ataukah dengan bersungguh-sungguh. Misalnya ketika melakukan shalat fardhu, apakah itu dilakukan hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, ataukah dikerjakan dengan penuh keseriusan.
Agar dapat melakukan kebaikan dengan penuh kesungguhan, maka perlu dikaji ayat-ayat Allah dan hadist Rasulullah sebagai penguat motivasi untuk dapat bermujahadah fii fi’lil khairat.
Menurut Ustaz Said, ada 5 surah al-Quran yang menjadi dasar untuk bersungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan, di antaranya:
- QS Al-Ankabut ayat 69
- QS Al-Hijr ayat 99
- QS Al-Muzammil ayat 8 dan 20
- QS Al-Zalzalah ayat 7
- QS Al-Baqarah ayat 215.
Pertama, dalam QS Al-Ankabut ayat 69, Allah berfirman yang artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”.
Makna jihad dalam surat Al-Ankabut ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah SWT dengan penuh kesungguhan.
Kedua, QS Al-Hijr ayat 99, artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” Ajal di sini berarti maut atau kematian.
“Ayat terakhir QS Al-Hijr ini memberi spirit pada kita agar tidak berhenti beribadah. Makna ibadah ini bisa ibadah mahdah, seperti shalat lima waktu, puasa, membaca al-Quran, secara terus-menerus atau istikamah. Termasuk kebaikan-kebaikan yang lain, misalnya menyingkirkan batu di jalan atau kebaikan lain, harus kita lakukan hingga akhir hayat kita,” terangnya.
Dia menambahlan, “bentuk kesungguhan yang dimaksud adalah tidak lelah dan tidak berhenti dalam berbuat kebaikan. Kalau masih capek, malas, itu berarti belum mujahadah.”
Ketiga, QS Al-Muzammil ayat 8 dan 20. Dalam ayat 8, Allah berfirman: “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” Ketekunan berarti sungguh-sungguh. Tekun bermakna fokus dan serius dalam mengerjakan sesuatu.
Pada ayat 20 QS Al-Muzammil, Allah berfirman: “…Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.”
Menurut Ustadz Said, ayat ini menegaskan bahwa kebaikan yang kita lakukan itu tidak lain adalah untuk diri kita sendiri. Karena itu, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan. Semua kebaikan itu kembali pada diri kita.
Keempat, QS Al-Zalzalah ayat 7. Pada ayat tersebut, Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
Dari ayat ini diketahui bahwa ciri dari mujahadah adalah kemauan untuk berbuat kebaikan walaupun itu sedikit atau sederhana.
Kelima, dalam QS Al-Baqarah ayat 215, Allah berfirman, “…Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”
Artinya, perbuatan baik itu pasti diketahui oleh Allah SWT. Meski tidak ada orang yang tahu atau peduli atas kebaikan yang telah dilakukan, kita tidak perlu khawatir, sebab Allah adalah saksi dari pebuatan baik tersebut.
“Katakan, ‘Cukuplah Allah sebagai saksi’, apabila perbuatan baik yang telah kita lakukan tidak mendapat apresiasi dari orang lain, hal itu akan meringankan perasaan kita dan menumbuhkan rasa ikhlas,” pungkasnya.
Penulis Khoen Eka Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun