PWMU.CO – Kajian Milenial (Kammil) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur membahas berbicara atau mendengar, mana yang lebih sulit? Jumat (9/8/2024).
Acara yang diselenggarakan di Masjid Taqwa Spemdalas, mendatangkan pemateri Fayyadh Althaf Ardyawan. Ia mengatakan sebagian besar orang jika ditanya mana yang lebih sulit? Umumnya menjawab berbicara lebih sulit.
“Benarkah? Tidak salah, tapi juga tidak seluruhnya benar,” kata siswa kelas IX Granada di depan siswa putra kelas VII-IX.
Dia menuturkan, berbicara di dunia maya sangat mudah dilakukan. Bahkan setiap menit ribuan atau bahkan jutaan tweet atau status baru berdatangan di timeline. Berbagai rasa, unek-unek, kekecewaan ditumpahkan dalam tulisan.
“Banyak juga orang yang berbagi cerita kebahagiaan. Berbicara di sosial media tak jauh berbeda dengan dunia nyata,” ucapnya.
Dia menjelaskan kenyataan banyak orang yang pintar berbicara. Hampir setiap orang pasti akan senang berbicara. Apalagi kalau membahas tentang dirinya atau yang berhubungan dengan kesukaan atau hobinya.
“Bahkan tak jarang ahli kampanye yang senang sekali berbicara, bercerita untuk mempengaruhi,” sambungnya.
Ia menambahkan, faktanya di balik kemudahan berbicara ada yang mungkin memang tidak pandai berbicara. Bisa jadi karena karakter yang pendiam, tidak menguasai sebuah perbincangan atau memang dia tidak mau terlihat vocal di kelompoknya.
“Namun tahukah kalian bahwa ada yang lebih sulit dari berbicara, yaitu kemauan dan kesadaran untuk mendengar,” katanya.
“Bagaimana bisa?” tanyanya pada temannya.
Lebih Sulit Mendengar
Banyak orang yang menganggap berbicara di depan umum itu sulit, namun ada yang lebih sulit lagi yaitu untuk mendengar. Oleh karena itu mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut.
Dia menyampaikan, dalam sudut pandang Islam, beberapa kisah menunjukan bahwa mendengarkan itu lebih sulit.
“Bahkan kisah tentang Nabi Musa As dan Firaun. Dalam kisah tersebut menunjukan bahwa Firaun tidak mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mendengarkan pembicaraan yang benar (Al-Haq). Jadi, mendengar sesungguhnya jauh lebih sulit dibanding sekedar berbicara,” jelasnya.
Ia menambahkan lagi, contohnya orang yang berpendidikan tinggi akan cenderung abai jika dinasihati, orang tua mungkin tersinggung jika dinasehati anaknya, senior tidak mau mendengar junior, maupun penguasa tidak mau mendengar jeritan rakyatnya.
Dalam surah Qaf ayat 18 Allah Swt memberikan ancaman kepada yang banyak berbicara dengan menugaskan dua malaikat untuk mengawasi perkataannya. Pernah seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Saw.
“Siapakah orang muslim yang paling baik ? Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. (HR. Muslim/64). Pada kesempatan lain Rasullah saw berkata “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim).
Sebaliknya, Allah Swt memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang mendengarkan secara tekun dan bersungguh-sungguh perkataan, lalu mengikuti secara bersungguh-sungguh apa yang paling baik di perkataan tersebut dalam surah Al-A’raf ayat 145.
Dalam surah Az-Zumar ayat 18, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah diberikan petunjuk (hidayah) dan mereka dijuluki ulul albab. Yakni orang yang memiliki otak/pikiran yang cerah, tidak diliputi kekeruhan. (*)
Penulis Dheni Iga Pertiwi Editor Amanat Solikah