PWMU.CO – Bidang Tabligh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Lamongan mengadakan kajian penguatan ideologi Muhammadiyah pada Kamis (15/8/2024) di halaman Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla).
Acara yang mengusung tema “Risalah Islam Berkemajuan” ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman kader IMM terhadap nilai-nilai dan ideologi Muhammadiyah, serta meningkatkan kesadaran kritis dalam menghadapi tantangan zaman.
Kajian ini menghadirkan Drs Kono Konah, MAg, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Lamongan, sebagai pemateri. Kegiatan ini juga dihadiri oleh anggota PC IMM Lamongan dan kader Pimpinan Komisariat se-Cabang Lamongan.
Dalam pemaparannya, Kono Konah menegaskan pentingnya bagi kader IMM untuk selalu mengembangkan kecerdasan dan wawasan.
“Kita harus pandai dan cerdas, agar tidak terbuai oleh situasi yang saat ini penuh ketidakpastian. Indonesia kini menghadapi kondisi yang mengkhawatirkan, di mana sulit membedakan antara kebenaran dan kebohongan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kono menekankan bahwa kader IMM harus banyak membaca dan belajar untuk memperkaya referensi.
Ia mengingatkan bahwa Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam berkemajuan, memiliki misi untuk bermanfaat bagi semua orang, tanpa memandang agama atau latar belakang.
“Muhammadiyah mendirikan sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan bukan untuk mengislamkan atau memuhammadiyahkan semua orang, tetapi untuk meninggikan martabat manusia,” tegasnya.
Kono juga membahas pentingnya Muhammadiyah dalam menguasai sains dan teknologi sebagai bagian dari Risalah Islam Berkemajuan.
“Risalah kemajuan mengharuskan kita untuk menguasai sains dan teknologi, tidak hanya untuk kesejahteraan diri kita, tetapi juga untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an lebih dalam,” katanya.
Ia mengutip pesan dari Pak Dujadnoko, bahwa setiap kader IMM harus memiliki dua keahlian—baik dalam bidang agama maupun non-agama.
“Keahlian ini seperti menulis, khutbah, public speaking, dan qira’ah, yang akan membawa kesejahteraan dalam hidup,” tuturnya.
Konteks Agama dan Non Agama
Kono juga menggarisbawahi pentingnya memahami ideologi Muhammadiyah dalam konteks agama dan non-agama.
Ia menjelaskan, “Dalam bidang agama, ketika ada persoalan, kita harus mempertanyakan apakah itu terkait dengan akidah atau bukan. Jika itu akidah, kita harus mengimani tanpa mempertanyakannya. Sementara, dalam urusan non-agama, jika sesuatu itu benar kita lanjutkan, jika salah kita hentikan.”
Ia juga menjelaskan konsep wasathiyah Muhammadiyah, yang berarti tidak ekstrem ke kanan atau ke kiri, melainkan berada di tengah-tengah, menggunakan akal sekaligus hati.
“Muhammadiyah berdiri di atas, menjaga jarak yang sama dengan partai politik, dan tidak fanatik membela salah satu pihak. Kita menilai dengan objektif, berdasarkan kebenaran dan kesalahan,” jelas Kono.
Dalam hal kebudayaan, Muhammadiyah memandang seni dan budaya sebagai sarana untuk mengaktualisasikan iman. “Seni itu membuat kita lebih anggun, rileks, dan lembut. Itu semua karena adanya seni,” tambahnya.
Kajian ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman kader IMM terhadap manhaj Muhammadiyah yakni bayani, burhani, dan irfani, serta memotivasi ortom untuk lebih aktif dalam mengadakan kajian yang mendalam tentang Risalah Islam Berkemajuan.
Kono mengakhiri sesinya dengan menegaskan bahwa upaya sosialisasi manhaj Muhammadiyah harus terus ditingkatkan untuk membentuk generasi yang kritis dan berwawasan luas. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan