PWMU.CO – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, MSi, menyampaikan pidato kebangsaan yang disiarkan langsung melalui YouTube Muhammadiyah Channel pada Jumat (16/8/2024).
Dalam pidatonya, Haedar menekankan pentingnya menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai dasar yang menjadi jiwa bangsa Indonesia.
Haedar mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak hanya merayakan kemerdekaan secara lahiriah, tetapi juga menghidupkan jiwa bangsa agar tercipta Indonesia Raya yang sejati, Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sesuai cita-cita luhur para pendiri negara.
Ia menekankan bahwa bangsa ini harus dibawa menuju cita-cita mulia, tanpa membiarkan Indonesia mengalami keterpurukan atau mati suri karena kehilangan jiwanya.
Menurut Haedar, praktik-praktik buruk seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, politik uang, politik transaksional, dan utang negara adalah bentuk pengkhianatan terhadap jiwa kemerdekaan Indonesia.
“Kemerosotan moral, etika, dan segala tindakan buruk dalam berbangsa dan bernegara merupakan bentuk perusakan jiwa Indonesia,” tegasnya.
Kunci untuk menjaga agar Indonesia tetap bernyawa, menurut Haedar, terletak pada para pemimpin bangsa.
Pesan untuk Pemimpin
Ia menyerukan agar para pemimpin Indonesia menjadi sosok yang berjiwa, berpikiran, bersikap, dan bertindak sesuai dengan Pancasila, agama, kebudayaan, serta sejarah Indonesia yang kaya akan makna.
“Jadilah para pemimpin negarawan yang mengedepankan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri,” ujar Haedar.
Ia mengutip pidato Mr. Soepomo yang mengingatkan bahwa para pemimpin negara harus menjadi penunjuk jalan ke arah cita-cita luhur yang diidam-idamkan oleh rakyat. Para pemimpin Indonesia harus mengutamakan sikap memberi, bukan meminta apalagi mencuri dari negara ini.
Haedar juga mengingatkan agar Indonesia tidak kehilangan arah karena para elitenya sibuk memburu kekuasaan dan kekayaan.
Sebagai penutup, Haedar menegaskan bahwa para pemimpin dan ilmuwan di negeri ini harus menjadi penjaga integritas kenegarawanan yang berbasis pada nilai-nilai luhur Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa.
“Keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi, politik, dan kemajuan fisik sedigdaya apapun tidak akan bertahan lama jika negara dan bangsa kehilangan nilai-nilai luhur nan utama. Menjadi Indonesia tanpa nyawa!,” pungkasnya.
Pidato Haedar ini menjadi pengingat pentingnya kembali ke nilai-nilai fundamental yang telah mengarahkan bangsa ini menuju kemerdekaan, serta menegaskan tanggung jawab bersama untuk menjaga keberlangsungan jiwa bangsa Indonesia.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan