PWMU.CO – Dalam sebuah tradisi unik yang telah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir, warga Dusun Jalen II, Desa Setail, Genteng, Banyuwangi, menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara yang istimewa. Pada Sabtu (17/8/2024).
Mereka kembali menggelar upacara kemerdekaan ke-79 dengan mengenakan sarung, sebuah tradisi yang kini telah menjadi warisan turun-temurun di lingkungan RW.03 dan sekitarnya.
Upacara tahun ini, yang diadakan di Jl. Kyai Jamus (dulunya Jl. Mandarusak), di depan rumah Pj. Kepala Desa Setail, dihadiri oleh semakin banyak peserta.
Sebelumnya acara seperti ini dihadiri para orang tua, tahun ini terlihat keseimbangan antara kaum tua dan muda, bahkan kelompok emak-emak pun turut serta dalam upacara ini.
Sejarah Tradisi Upacara dengan Sarung
Tradisi ini berawal sekitar bulan Juni 2012 di Mushola Ar-Rahmat, Jl. Mandarusak RW. 03 RT. 01, Dusun Jalen II. Setelah salat Magrib, beberapa bapak-bapak, termasuk KH. Husnan dan Ustadz Madakim, berkumpul untuk berbincang.
Dalam suasana santai, salah seorang di antara mereka bergurau dengan ide untuk mengadakan upacara HUT RI di mushola pada bulan Agustus mendatang. Dengan tiang bendera dari bambu dan peserta yang berpakaian sarung rapi, gagasan itu pun berkembang menjadi diskusi serius.
“Bagaimana kalau Agustus nanti kita adakan upacara di sini, sederhana saja, dengan tiang bendera dari bambu dan peserta memakai sarung? Tapi harus rapi, tidak asal-asalan, dan upacaranya sungguhan,” kenang Markaban, yang kini menjabat sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa Setail, mengenai awal mula tradisi ini.
Dari ide sederhana tersebut, lahirlah tradisi upacara HUT RI dengan mengenakan sarung. Setelah upacara, nasi tumpeng disediakan untuk dinikmati bersama sebagai bentuk syukur dan kebersamaan.
Berkembangnya Tradisi
Seiring berjalannya waktu, upacara yang awalnya digelar di depan Mushola Ar-Rahmat dengan tiang bendera dari bambu, kini dipindahkan ke tempat yang lebih luas karena semakin banyaknya peserta.
Tiang bendera pun telah dibuat permanen dari pipa besi. Dari yang awalnya hanya diikuti sekitar 25 orang, kini peserta upacara mencapai lebih dari 100 orang setiap tahunnya.
Pada upacara tahun ini, Pj. Kades Setail bertindak sebagai inspektur upacara, dengan Ustadz Madakim sebagai komandan barisan, dan KH. Husnan memimpin doa. Petugas pengibar bendera adalah para pemuda setempat.
Kepala Dusun Moh. Azis, Suwito (Kaur Umum), dan Ustadz Suhaimi (wakil ketua BPD) Setail turut hadir dalam acara ini. Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB berakhir satu jam kemudian dan dilanjutkan dengan acara tumpengan.
Tradisi ini bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi juga simbol kekuatan budaya dan persatuan masyarakat Dusun Jalen II dalam merayakan kemerdekaan dengan cara yang khas dan penuh makna. (*)
Penulis Abdul Muntholib Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan