PWMU.CO – Kajian masjid At Taqwa Pandan membahas Rebo Wekasan disampaikan oleh Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi (PDM Banyuwangi) Drs Syaerofi MEd, Rabu (21/8/2024).
Kajian ini dimulai setelah shalat Maghrib berjamaah di masjid At Taqwa Pandan yang beralamat di Jalan Raya Pandan Genteng Banyuwangi Jawa Timur. Diikuti oleh jamaah laki-laki dan perempuan.
Mengawali kajiannya, Syaerofi mengajak jamaah bersyukur kepada Allah SWT karena tidak sedetik pun nikmat Allah itu lepas dari kita.
“Mari kita syukuri dengan menggunakan sebaik-baiknya sesuai dengan yang dikehendaki Allah,” ujarnya.
Sekarang ini, sambung dia, kita berada di bulan Shafar setelah Muharram yang bersamaan dengan bulan Agustus di tahun masehi 2024.
Menurutnya, di bulan Shafar ini ada banyak tradisi yang dikhawatirkan mengandung amalan syirik. Salah satunya adalah Rebo Wekasan. Sebagian orang mempercayainya, kalau hari Rabu terakhir di bulan Shafar ini adalah banyak laknat, sial ataupun musibah.
Untuk itu dia membacakan satu hadits nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
“Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar.”
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid itu mengatakan, jangan ikut-ikutan kalau menyangkut ibadah, apalagi menyangkut hal-hal ghaib. Itu harus ada hadits dari Rasulullah dan ayat al Quran yang jelas sebagai dasar.
Dengan adanya anggapan bulan Shafar itu sebagai bulan laknat, sial, dan tidak boleh menikah adalah hal yang tidak masuk akal. Karena Allah memberikan waktu itu baik semua.
Lalu bagaimana terkait dengan bulan Agustus yang sekarang ini diperingati kemerdekaannya?
Syaerofi menjelaskan kemerdekaan itu adalah rahmat Allah. Kalau tidak merdeka, maka manusia akan jadi budak dan dijajah oleh orang lain. Seperti kita di Jawa ini telah dijajah Belanda selama 350 tahun. Orang yang dijajah akan dibuat bodoh oleh penjajah.
Di samping itu banyak pahlawan yang telah gugur berasal dari kalangan muslim. Antara lain, Jendral Sudirman, Bung Karno, Bung Tomo, Pangeran Diponegoro, dan Juanda. Mereka semua berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Oleh karena kemerdekaan termasuk rahmat Allah yang wajib kita syukuri sesuai dengan ketentuan Allah.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah di dalam al-Quran Surat Ibrahim 7. Di ayat ini dijelaskan siapa yang bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan menambahnya. Sebaliknya, yang kufur atau tidak bersyukur, maka akan mendapatkan azab yang keras atau memperoleh kesengsaraan.
Cara bersyukur bisa dengan menggunakan mata kita untuk membaca al Quran. Memanfaatkannya untuk belajar, membaca buku, dan juga menulis.
“Kalau mata hanya untuk tidur saja, maka nilai syukurnya menjadi berkurang,” candanya.
Telinga juga digunakan mendengarkan ayat-ayat Allah, sesuai ketentuan Allah. Lalu bagaimana membaca al Quran melalui Hp. Pahalanya sama dengan al Quran dalam bentuk buku. Dengan Hp dapat untuk membaca al Quran, mencari ilmu, dan nasihat agama. Jangan sampai anak dilarang pakai Hp, tapi dibatasi dan diberikan bimbingan yang benar.
Mengakhiri kajiannya ustadz yang pernah menempuh pendidikan di Australia itu mengajak jamaah untuk memperingati HUT Ke-79 RI 2024 ini dengan tetap memperhatikan ajaran Islam yang mulia dan tidak melanggarnya. (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Amanat Solikah