Catatan Kepala SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Jawa Timur, Ria Pusvita Sari MPd
PWMU.CO – Aroma tanah basah dari semalam masih menyelimuti udara tatkala aku melangkah menuju sekolah. Ini kunjungan keduaku berbagi di belahan lain negeri ini – Kota Sorong, Papua Barat Daya.
Kunjungan pertamaku pada 24-28 Juli 2024. Kunjungan kali ini mulai Rabu-Ahad (21-25/8/2024).
Hari-hariku di Sorong dihiasi oleh senyum ramah penduduk lokal dan keindahan alam yang membentang luas. Di sini, hujan bukan sekadar fenomena alam; hujan adalah nyanyian kehidupan. Saat tetesan air mulai turun, rasanya seperti alunan melodi yang menenangkan hati dan pikiran. Hujan menjadi teman setia yang sering kali menemani di sekolah dasar negeri tempatku mengajar.
Sekolah ini, dengan dinding-dinding yang bercerita tentang harapan, memiliki murid-murid yang haus akan ilmu pengetahuan. Anak-anak Sorong adalah cerminan keindahan alami tempat ini. Mereka datang dengan semangat. Wajah mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan harapan yang tulus.
Salah satu muridku yang paling berkesan adalah Jenita. Anak perempuan ini memiliki mata yang bercahaya setiap kali berbicara tentang mimpi-mimpinya. Suatu hari di sela pembelajaran, ketika hujan turun dengan derasnya, Jenita menghampiriku. Senyum di wajahnya tak pernah padam. “Ibu Guru, hari ini kita belajar apa?” tanyanya dengan antusias, Jumat (23/8/2024).
Saat sore tiba, aku terkejut melihat Jenita main bersama temannya di depan penginapan tempat aku tinggal. Ia berlari menyambutku, lalu kami berpelukan. Ternyata Jenita tinggal tak jauh dari tempatku menginap.
Kehadirannya mengingatkan aku bahwa tekad dan semangat tak kenal cuaca. Hujan yang membasahi kota ini tak mampu meredam semangat belajar anak-anak Sorong. Di balik wajah-wajah ceria itu, aku melihat tanggung jawab yang besar untuk memberikan mereka bukan hanya pengetahuan, tetapi juga harapan dan inspirasi.
Mengajar di Sorong mengajarkanku banyak hal. Aku belajar tentang ketulusan, semangat, dan bagaimana terkadang, pelajaran terbesar datang dari murid-murid kita sendiri. Hujan yang turun di sini, bagiku, menjadi simbol kehidupan dan pembelajaran yang tak pernah berhenti.
Setiap tetes hujan yang turun adalah pengingat bahwa di tengah rintangan, selalu ada kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bersama. Anak-anak Sorong, dengan semangat dan keceriaan mereka, adalah inspirasi yang tak ternilai. Dan aku merasa terhormat bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka menuju masa depan yang cerah. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah