PWMU.CO – Para peserta Jambore 2 Media AfiliasiMu berkesempatan mengunjungi Monumen Pers yang ada di Solo usai menerima materi soal Jurnalisme lingkungan pada Minggu (25/8/24).
Kunjungan yang berlangsung selama beberapa jam tersebut rupanya sangat ditunggu oleh peserta Jambore mengingat peserta Jambore berasal dari media afiliasi Muhammadiyah Se-Indonesia. Selain menambah pengetahun tentang jurnalisme juga menambah wawasan pengetahun tentang sejarah pers di Indonesia.
Diketahui Monumen Pers Nasional merupakan sebuah bangunan monumen sekaligus museum ini memiliki arti penting bagi insan pers di Indonesia. Karena dulunya tempat ini menjadi tempat lahirnya sebuah organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dalam catatan sejarah, monumen pers dibangun pada tahun 1918 atas prakarsa dari KGPAA Sri Mangkunegara VII, yang diperuntukkan sebagai balai pertemuan. Sebelum menjadi Monumen Pers, dulunya gedung ini memiliki nama Societeit Sasana Soeka.
Dalam kunjungan ini peserta Jambore bisa melihat secara langsung majalah masa lampau, surat kabar se-Indonesia, dan patung-patung tokoh pendiri PWI. Selain itu, bangunan lama ini juga terdapat sebuah pemancar radio kuno yang terkenal dengan nama pemancar Radio Kambing.
Tak hanya melihat jejak pers, para peserta Jambore juga menjadi peserta khusus yang mendapat materi tentang perjalanan pers di Indonesia, yang menarik dari kelas tersebut, bahwa majalah Suara Muhammadiyah menjadi majalah tertua yang ada di Indonesia.
Di akhir kegiatan para peserta yang bisa menjawab kuis juga mendapat doorprize dari Monuman Pres Nasional.
Tanggapan Peserta
Salah satu peserta, Muhammad Saleh Pemimpin Redaksi IBTimes mengatakan, berkunjung ke Monumen Pers Nasional di Solo menjadi momentum penting untuk menelusuri kembali jejak-jejak pers di Indonesia.
“Berbagai jenis pers, mulai dari koran, majalah kuno, mesin ketik, hingga biografi dan perjalanan hidup para tokoh wartawan semuanya dapat kita temukan di Monumen Pers Nasional,” ujarnya.
Menurutnya, Pers memiliki perang penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Mulai dari pra kemerdekaan hingga hari ini. Pers menyatukan semangat nasionalisme dan merawat hubungan sosial masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
Ia mengatakan, pers memiliki kontribusi besar dalam pergerakan nasional bangsa Indonesia.
“Lewat kunjungan ke Monumen Nasional hari ini, setidaknya kita diajak untuk merefleksikan kembali bagaimana semangat pers hari ini,” pungkasnya.
Penulis Uswah Sahal Editor Azrohal Hasan