PWMU.CO –Ketua Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP2M) PDM Gresik H Raden Jamal SFil I MFil I mengajak santri Pondok Pesantren Muhammadiyah Al Fajr meneladani sahabat Zaid bin Tsabit, Sabtu (10/8/2024).
Ajakan itu mengemuka saat dia menyampaikan materinya pada acara khotbah ta’aruf di depan 94 santri Pondok Pesantren Al Fajr yang digelar di Masjid As Syuhada Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bungah.
Sebelum Jamal menyampaikan materi, ia menyampaikan rasa syukurnya. “Hari ini saya sangat bersyukur, dapat hadir di depan semua santri yang luar biasa dan guru-guru yang Insya Allah dimuliakan Allah,” ujarnya.
Dia juga memuji salah satu santri yang usai membacakan ayat suci al-Quran. “Suaranya merdu dan bagus ngajinya,” katanya.
Menurutnya, santri yang membaca al-Qurannya dengan baik dan benar dapat mengembangkan potensi dengan mengikuti lomba. “Bakat yang bagus harus diasah dan harus ikut kompetisi agar berkembang terus,” ucapnya.
Ia mengapresiasi tema yang dibawakan pada acara itu, yaitu Membangun Jiwa Kesatrian untuk Mewujudkan Generasi Unggul dan Berakhlak al-Quran.
Menurut Jamal, generasi unggul adalah generasi yang cerdas. “Generasi yang punya karakter bagus, positif bagi dirinya dan orang lain,” katanya.
Generasi yang terbaik, tambahnya adalah generasi pada masa Rasulullah.
Zaid bin Tsabit yang Cerdas dan Pemberani
Pria lulusan S2 UIN Surabaya tahun 2011 ini kemudian mengisahkan salah satu sahabat Rasulullah yaitu Zaid bin Tsabit.
“Zaid bin Tsabit adalah sosok yang cerdas, dia belajar bahasa Ibrani dan menguasainya dalam waktu singkat,” kisahnya.
Dulu ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, Zaid bin Tsabit masih berusia 11 tahun dan pada saat itu ia masuk Islam. Zaid terkenal sebagai anak yang pemberani dan bersemangat
“Ketika perang Uhud, Zaid dan kawan-kawannya menemui Rasulullah supaya bisa diikutkan dalam perang namun Rasulullah menolak karena umur mereka masih terlalu kecil,” ungkapnya.
Tahun berikutnya ketika Zaid umur 13 tahun, ia mendaftarkan diri kembali untuk ikut perang.
“Tetap Rasulullah melarang Zaid bin Tsabit untuk ikut perang, dia pun bersedih karena tidak diperbolehkan ikut perang,” tutur Jamal.
“Suatu saat, Rasululllah mengumumkan perang lagi. Kemudian, Zaid ikut mendaftar lagi. Tetap pada keputusannya, Rasulullah melarang Zaid bin Tsabit untuk ikut perang,” terangnya.
Kemudian, Rasulullah menyampaikan kepada Zaid, bahwa ada pahala yang sama dengan perang. “Karena Rasulullah tahu Zaid punya kecerdasan yang luar biasa, maka Rasulullah mengutusnya untuk belajar bahasa Suryani dan Ibrani,” katanya.
Sejak saat itu Zaid bin Tsabit menjadi juru tulis wahyu. “Ia sangat menguasai Bahasa Suryani, ia catat dan kumpulkan wahyu Rasulullah dengan rapi di pelepah daun kurma, kulit hewan, dan tulang hewan,” tutur Jamal.
Dia mengatakan, Zaid bin Tsabit dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi penulis al-Quran dan menghimpun al-Quran di masa Abu Bakar dan Utsman bin Affan. “Karena Zaid bin Tsabit dikenal sebagai sosok yang cerdas, jenius, dan mempunyai daya ingat yang kuat,” tegasnya.
Dari cerita tentang Zaid bin Tsabit ini imbuhnya, santri akan belajar meneladaninya sebagai sosok anak muda yang cerdas. Anak muda yang pemberani dan multitalenta.
“Sebagai generasi unggul yang cerdas pasti akan bermanfaat, anak-anak tidak harus pandai dalam hal akademik, tetapi kecerdasan lain bisa diunduh dan dipelajari, agar nanti di masyarakat kalian bisa berbaur dan masyarakat menikmati kepintaran serta kecerdasan kalian terutama para santri Al Fajr ini,” harapnya.
“Karakter moral Zaid bin Tsabit ini bagus dan bermanfaat bagi kita. Pahala Zaid tidak terputus karena sampai akhir hayat al-Quran dibaca manusia,” tuturnya.
Pada akhir paparannya, Jamal menegaskan Rasulullah tidak membedakan ilmu umum atau agama. “Ilmu itu milik Allah, santri Al Fajr selain belajar ilmu agama juga harus belajar ilmu umum,” paparnya.
“Sebaliknya, siswa di SMP Mulia Bungah, SMK Muhammadiyah 1 Gresik dan SMA Muhammadiyah 3 Gresik, ilmu agama juga harus dikuasai,” tegasnya.
Harapannya, santri Al Fajr di pondok, dapat mempelajari al-Quran, ilmu agama, dan ilmu umum dengan seimbang.
“Semoga para santri Al Fajr menjadi santri yang cerdas, pemberani, jujur dan hidupnya mulia dunia akhirat,” harapnya.
Penulis Musyrifah Editor Zahra Putri Pratiwig