PWMU.CO – Rumah Baca Komunitas ikut mengsukseskan acara Festival Pers dan Literasi Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu-Ahad (24-25/8/2024).
Rumah Baca Komunitas (RBK) merupakan salah satu gerakan literasi yang hadir untuk menjawab tantangan akses membaca di Indonesia.
Berdiri sejak 2 Mei 2012, RBK memiliki visi mulia: meningkatkan akses membaca kepada masyarakat luas, terutama di tengah keterbatasan ekonomi dan akses literasi yang belum merata.
Berawal dari sebuah rumah kontrakan sederhana di Onggobayan, Bantul, Yogyakarta, RBK didirikan oleh sekelompok penggiat literasi seperti Ahmad Sarkawi, Irfa Fahd Rizal, Fida Afif, Labib Ulinuha, dan David Effendi—seorang dosen yang dikenal luas di kalangan akademisi Yogyakarta.
David, salah satu pendiri utama, tergerak oleh keprihatinan terhadap sulitnya akses buku berkualitas bagi masyarakat umum, kecuali jika mereka adalah pelajar atau mahasiswa.
RBK hadir sebagai solusi, membentuk jalur distribusi baru untuk bahan bacaan yang lebih mudah diakses masyarakat.
Langkah Awal: Mengumpulkan Buku dan Membuka Akses 24 Jam
Sejak awal, RBK memulai gerakannya dengan mengumpulkan bahan literasi melalui program hibah buku yang digagas oleh Lembaga Pengembangan Sumberdaya Insani (LaPSI).
Program ini bertujuan untuk merekomendasikan buku-buku kepada donatur agar dapat didistribusikan ke berbagai komunitas literasi, sekaligus menjaga dan mengoptimalkan pemanfaatan buku-buku tersebut.
RBK pun membuka pintunya selama 24 jam untuk siapa saja yang ingin membaca, tanpa batasan waktu atau usia. Upaya ini menjadikan RBK sebagai perpustakaan komunitas yang benar-benar inklusif dan terbuka bagi semua kalangan.
Program Inovatif: Dari Koin Literasi Hingga Perpustakaan Jalanan
RBK menawarkan berbagai program kreatif untuk meningkatkan minat baca, salah satunya adalah “Koin Literasi.” Dalam program ini, setiap anak yang berhasil menyelesaikan sebuah buku akan mendapatkan koin yang bisa digunakan untuk mengakses komputer atau membaca komik. Program ini terbukti efektif menarik perhatian anak-anak dan menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini.
Tidak hanya fokus pada literasi anak, RBK juga mengadakan berbagai aktivitas seperti bimbingan belajar, melukis, diskusi mingguan, dan nonton bareng film edukatif. Aktivitas ini bertujuan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan anggota komunitas, baik anak-anak maupun dewasa.
Pada tahun 2014, RBK memperkenalkan konsep perpustakaan jalanan bernama “RBK on the Street” (Rots) di Alun-Alun Kidul, Yogyakarta.
Program ini berupaya membawa buku lebih dekat ke masyarakat, memperluas jangkauan literasi, dan menumbuhkan budaya membaca di ruang publik.
RBK termasuk pelopor perpustakaan jalanan yang awal dan tetap bertahan. Tahun 2017 diberikan peenghargaan oleh perpustakaan nasional oleh pak Syarif Bando dan diberikan motor pustaka lengkap dengan box pustaka dan koleksi 500 buku berkualitas dari perpusnas.
Semangat Literasi Tanpa Henti: Menyebar Hingga Menjadi Gerakan Sosial
Sejak berdiri, RBK terus tumbuh dan menjadi bagian penting dari gerakan literasi di Indonesia. Dengan semangat yang tak pernah surut, komunitas ini bergerak berdasarkan prinsip bahwa membaca adalah hak segala bangsa, dan literasi merupakan fondasi untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Melalui berbagai kegiatan yang terus berkembang, RBK berupaya mengikis kebodohan, memberantas ketidakadilan sosial, dan membuka akses literasi seluas-luasnya bagi masyarakat.
Dalam sepuluh tahun perjalanannya, RBK telah membuktikan bahwa gerakan literasi bukan sekadar membangun perpustakaan, tetapi juga membangun kesadaran kritis dan solidaritas sosial.
“Sudah saatnya manusia Indonesia membangun narasi yang lebih manusiawi di bumi manusia,” kata David Effendi, salah satu penggerak RBK, menegaskan tujuan mulia komunitas ini.
Dengan terus menggerakkan roda literasi, RBK berharap semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk ikut ambil bagian dalam gerakan membaca dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melalui langkah-langkah kecil namun bermakna, RBK ingin memastikan bahwa literasi tidak hanya menjadi hak, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap orang di Indonesia.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan