Oponi Saiful Bahri
PWMU.CO – Kabupaten Pamekasan, sebuah wilayah di Jawa Timur, memiliki peran penting sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi di daerah tersebut.
Kebijakan yang diterapkan di tingkat kecamatan dan desa sangat bergantung pada ketentuan yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Salah satu keistimewaan yang membuat Pamekasan unik adalah hari jadinya yang memiliki nilai historis khusus, karena bertepatan dengan tanggal kelahiran Nabi Muhammad Saw, yakni 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah, meskipun dengan tahun yang berbeda.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun 570 Masehi, sedangkan Pamekasan merayakan hari jadinya pada tahun 937 Hijriyah atau 1530 Masehi.
Hari jadi Pamekasan juga dirujuk dari semboyan “Mekkas Jatna, Jenneng Dibi’,” yang berarti pesan untuk memerintah dengan kemampuan sendiri. Semboyan ini diucapkan saat Pangeran Ronggo Sukowati naik tahta.
Beliau merupakan pemimpin beragama Islam pertama di Pamekasan, yang membawa kemajuan pesat dalam peradaban kota tersebut.
Warisan-warisan yang ada hingga saat ini, seperti Masjid Agung Asy-Syuhada’ dan berbagai bangunan bersejarah lainnya, menjadi bukti nyata dari kemajuan yang terjadi di masa kepemimpinan beliau.
Dari masa ke masa, Pamekasan terus mencapai kemajuan di berbagai bidang. Namun, yang menjadi perhatian utama adalah apakah benar Pamekasan pantas disebut sebagai Kota Pendidikan?
Pertanyaan ini sering kali muncul dan menimbulkan keraguan di benak banyak orang. Apakah julukan tersebut benar-benar mencerminkan kenyataan, atau hanya sekadar klaim belaka?
Benarkah Pamekasan adalah Kota Pendidikan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita kaji fakta-fakta yang ada. Dilansir dari Maduraku.co, Pamekasan memang merupakan satu-satunya kabupaten di Pulau Madura yang mendeklarasikan diri sebagai Kota Pendidikan.
Deklarasi ini bukan tanpa dasar, melainkan sesuai dengan fakta-fakta di lapangan. Salah satu indikatornya adalah alokasi anggaran yang disediakan untuk bidang pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Pamekasan telah memenuhi persentase minimal anggaran pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, yakni 20% dari total anggaran daerah.
Selain dari sisi anggaran, julukan Kota Pendidikan juga berpatokan pada prestasi yang diraih oleh pelajar asal Pamekasan. Kabupaten ini telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional.
Dua siswa dari Pamekasan, Andi Oktavian Latief (peraih medali emas di International Physics Olympiad di Singapura pada tahun 2006) dan M. Sahibul Maromi (peraih medali emas di International Physics Olympiad di Kroasia pada tahun 2010), menjadi bukti nyata bahwa Pamekasan layak disebut sebagai Kota Pendidikan.
Ulasan ini menjawab dengan tegas pertanyaan-pertanyaan mengenai kepastian Pamekasan sebagai Kota Pendidikan. Pencapaian ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Pamekasan, terutama bagi Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Dengan julukan tersebut, diharapkan Pamekasan semakin kompeten dalam mencapai visi dan misinya.
Namun, untuk menjaga predikat ini, sangat penting bagi Pamekasan untuk menerapkan kebijakan yang sesuai dengan aturan, tanpa ada penyimpangan, terutama dalam bidang pendidikan. Sebab, pendidikan adalah nyawa utama dalam menciptakan peradaban dan kesejahteraan.
Sebagai warga Pamekasan, kita harus bersyukur dan berkomitmen untuk mendukung perkembangan pendidikan di daerah ini. Salah satu caranya adalah dengan menanamkan kesadaran pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat.
Dengan begitu, Pamekasan bisa terus melebarkan sayapnya di panggung dunia. Jika kita tidak serius dalam mengembangkan pendidikan, maka akan berdampak buruk pada seluruh aspek kehidupan kita.
Mari bersama-sama menumbuhkan semangat untuk mencapai visi yang luar biasa, guna menjadikan Pamekasan sebagai kota yang hebat.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan