PWMU.CO – Khalilurrahman menjadi salah satu wisudawan menginspirasi di wisuda ke-51 Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Pria kelahiran Banyuwangi tersebut memiliki cerita liku-liku sebelum mendaftar kuliah di UM Surabaya.
Rahman merupakan anak terakhir dari lima bersaudara, ia menjadi sarjana pertama di keluarga, sementara saudara-saudara yang lain mengenyam pendidikan hingga SMP saja.
“Setelah lulus dari SMA 1 Darul Ulum Unggulan BPP Teknologi Jombang, saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun karena terkendala biaya akhirnya saya mengambil pendidikan tahfidz di Surabaya, bayarnya 120 ribu satu bulan,” imbuhnya.
Menurutnya waktu itu, kampus UM Surabaya sudah menjadi pilihan, ia menargetkan dirinya agar bisa masuk lewat jalur beasiswa tahfidz. Karena dengan diterima beasiswa tahfidz ia akan dibebaskan dari biaya pendidikan secara penuh.
Ia menghabiskan waktu selama dua tahun, sampai ia hafal 30 juz al-Qur’an. Setelah merasa memiliki bekal ia mendaftar di UM Surabaya jurusan Psikologi.
“Alhamdulillah tidak ada waktu yang sia-sia. Saya benar-benar diterima di UM Surabaya lewat jalur beasiswa tahfidz dan dibebaskan biaya pendidikan,” imbuhnya.
Menurutnya, karena hanya biaya pendidikan yang gratis ia harus tetap bekerja sembari kuliah, agar bisa bertahan hidup di Surabaya. ia tidak mungkin meminta kepada orang tuanya.
“Awal itu saya bekerja di Shopee sebagai kurir, jadi paginya saya kuliah, kadang sore ambil orderan,” katanya.
Menurutnya agar hafalan tahfidznya tidak hilang, Rahman terus menghafal di sela-sela malam sebelum tidur. Ia berusaha membagi waktu sebaik mungkin.
Rahman mengaku bahwa ia juga pernah bekerja Surveyor Sertifikasi RSUD Ibnu Sina Gresik usai dirinya bekerja sebagai kurir. Menurut dirinya itu lebih dekat dengan jurusannya psikologi.
Saat ini Rahman juga tengah mengajar di SMA Muhammadiyah 7 Surabaya sebagai guru tahfidz. Menurut pengakuannya ia juga telah mendaftar di beberapa perusahaan yang berhubungan dengan psikologi.
Di tengah padatnya aktivitas sekarang, Rahman tetap menjaga hafalannya yakni dengan cara menjaga prioritas. Menurutnya jika sudah punya prioritas pasti memiliki tanggung jawab.
“Salah satu mimpi saya adalah memiliki lembaga kecil yang bisa menerima setoran hafalan anak-anak. Mungkin sekitar 10 orang di tengah pekerjaan saya menjadi seorang Psikolog atau pekerjaan yang lain,” pungkasnya. (*)
Penulis Uswah Sahal Editor Wildan Nanda Rahmatullah