PWMU.CO – Menurut catatan sejarah bahwa Islam adalah agama peradaban atau al-tsaqafah disampaikan oleh Dr Piet Hizbullah Khaidir MA dalam pengajian Jumat Wage di BTM Mulia, Jumat (30/8/2024).
Dia mengatakan, bahwa Islam disebut sebagai agama peradaban. Karena Islam telah menyumbangkan dan mewariskan karya agung peradaban berupa ilmu pengetahuan, bangunan megah, system militer, system ekonomi dan menejemen pemerintahan.
“Di abad pertengahan, ketika Eropa dan Amerika masih dalam masa kegelapan, Islam telah hadir menjadi pemimpin peradaban dunia. Eropa dan Amerika berada dalam masa kegelapan, karena belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, masih berada dalam keterbelakangan dan kejumudan berpikir,” ujarnya.
Dia mengatakan Eropa dan Amerika maju, setelah mendapat sentuhan ilmu pengetahuan dari Islam, yang masuk melalui Spain atau yang dikenal dengan Spanyol. Dia juga mengatakan Islam maju memimpin peradaban dunia.
“Disebabkan oleh iman, ilmu, dan akhlak yang dimiliki dan dipraktekkan oleh kaum muslimin, utamanya para ulama dan cendekiawannya. Islam sebagai agama dan ajaran, melalui al-Quran dan al-Hadith, sangat menekankan pentingnya iman, ilmu dan akhlak ini,” tambah Sekretaris PDM Lamongan ini.
Karena Iman dan Ilmu Allah mengangkat derajat seseorang sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Mujadilah: 11.
“Membaca dan menulis yang dilandasi iman, ilmu dan akhlak, seorang mukmin memperoleh ilmu pengetahuan sebagaimana dalam al Quran surat al-Alaq: 1-5. Karena al Quran, kaum beriman memperoleh pencerahan ilmu pengetahuan (huda wa al-hidayah: al-Baqarah: 2; al-Sajdah: 2; al-Isra’: 9),” jelasnya.
Hubungan Islam, al Quran, dan Ilmu Pengetahuan
Piet Hizbullah mengatakan perintah membaca dan menulis dari al Quran telah mendorong para ilmuwan meneliti dan mengembangkan tradisi ilmiah dan ilmu pengetahuan.
“Para cendekiawan muslim sangat berpengaruh dan mempengaruhi tradisi ilmiah dan ilmu pengetahuan pada zamannya. Sejak saat itu, Islam yang telah menyebar ke Asia Tengah dan Eropa telah menjadi model peradaban baru bagi masyarakat dunia,” jelasnya.
Lebih jauh dia mengatakan bahwa dari tradisi ilmiah dan ilmu pengetahuan itu, lahirlah ilmu pengetahuan baru dan mendasar. Seperti fisika, kedokteran, ilmu sejarah, geografi, ekonomi, biologi (ilmu hayat), ilmu bumi, dan lain-lain. Para ilmuwan muslim adalah peletak dasar, pendiri, penemu, dan pencetus teori-teori baru dalam ilmu pengetahuan.
Situasi Masa Kini
Kemajuan Barat dalam bidang sains dan teknologi bukanlah muncul serta-merta, melainkan karena barat mengikuti tradisi yang sudah dibangun peradaban Islam sebelumnya. Barat mengambil dari peradaban Islam adalah meyakini pentingnya ilmu pengetahuan.
Tetapi, fakta yang tidak bisa ditolak adalah peradaban barat yang secular. Pada saat ini, benar-benar merajai peradaban dunia.
“Lihatlah tokoh-tokoh cendekiawan dan ilmuwan seperti Ibn Sina, Ibn Khaldun, Al-Jaber, Ibn Hayyan, Al-Khwarizmi, Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibn Miskawaih, Ibn Thufayl, Ibn Rusyd, Al-Razi, Al-Biruni, Al-Baqillani, dan lain-lain. Mereka mempelajari al Quran, menelaah objek-objek pengetahuan dalam al Quran, memperoleh inspirasi dari al-Qur’an,” tambahnya.
Sikap Umat Islam terhadap Barat
Piet Hizbullah menjelaskan, menyikapi keunggulan Barat, umat Islam terbagi ke dalam tiga spectrum pemikiran dan Gerakan.
Pertama, mereka yang merespon kemajuan ilmu pengetahuan di Barat dengan antipati. Bagi kelompok pertama ini segala sesuatu yang berasal dari Barat yang sekuler itu pastilah salah dan berdosa bila ditiru dan diikuti.
Kedua, mereka yang merespon kemajuan ilmu pengetahuan Barat dengan sangat pro. Berbeda dengan yang pertama, kelompok kedua ini sangat membanggakan Barat dan menyatakan bahwa Islam hanya dapat meraih kemajuan apabila meniru secara total Barat.
Ketiga, mereka yang merespon kemajuan Barat dengan semangat kembali kepada spirit al Quran dan As-Sunnah yang memandang penting ilmu pengetahuan dan ijtihad berbasis pemikiran haqiqi yang bermuara kepada penghambaan dan ketaatan kepada Allah Swt. Kelompok ini ingin mengembalikan kejayaan Islam yang pernah dicapai sebelumnya melalui jalan iman, ilmu, dan akhlak.
Sebagai akhir kajiannya, Piet Hizbullah menegaskandari ketiga sikap di atas Muhammadiyah lebih dekat dan berada pada kelompok yang ketiga.
Penulis Hilman Sueb Editor Amanat Solikah