PWMU.CO – Prosesi wisuda ke-51 Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) tidak hanya menjadi momen penting bagi para wisudawan, tetapi juga menjadi momen berkesan bagi seluruh sivitas akademika. Setelah 12 tahun memimpin, Rektor UM Surabaya Dr dr Sukadiono MM mendapat kejutan perpisahan dari para wisudawan, Sabtu (31/08/2024).
Prosesi wisuda dibuka senat UM Surabaya yang dipimpin oleh Rektor UM Surabaya.
“Sidang terbuka senat Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan acara wisuda program pascasarjana, program sarjana, dan program diploma tahun akademik 2023-2024 dibuka dengan bacaan Basmallah,” ucap Sukadiono.
Ketika acara berlangsung dan memasuki sambutan rektor ada hal yang aneh. Saat rektor naik podium dan akan memulai sambutan, mikrofon yangakan digunakan ternyata mati dan disusul lampu di ruangan redup.
Dalam prosesi wisuda tersebut, tiba-tiba berubah menjadi momen haru dan spesial bagi wisudawan dan seluruh civitas akademika. Bagaimana tidak, mereka memberi kejutan perpisahan.
Dalam suasana redup, tiba-tiba salah satu wisudawan mempersembahkan lagu atas 12 tahun sudah pak rektor memimpin UM Surabaya, dan diiringi ucapan dari wisudawan dengan mengangkat tulisan “Terima Kasih Pak Rektor”, “Pak Rektor Akan Terus Menadi Inspirasi Kami”, “Pak Suko Memang Panutan”, Matur Suwun Pak Suko”, dan masih banyak ucapan lainnya.
Rektor UM Surabaya Dr dr Sukadiono MM yang dikenal sebagai sosok rendah hati tak kuasa menahan air mata. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan yang diberikan selama ini.
“Dalam momentum wisuda yang terakhir ini, saya ingin menyampaikan hal yang penting diuung kepemimpinan saya. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu saya selama ini. Saya juga ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, apabila selama periode kepemimpinan saya masih ada hal-hal yang belum bisa saya wujudkan,” paparnya saat pidato wisuda.
Ia menambahkan, banyak kesalahan-kesalahan dalam perlikau saya ataupun ucapan baik itu di sengaja maupun tidak disengaja, saya mohon sangat untuk dimaafkan. Perjalanan ini bukanlah milik saya sendiri, melainkan milik kita semua. Saya berharap universitas ini akan terus maju dan berkembang di masa yang akan datang.
Pidato rektor UM Surabaya diakhiri dengan pantun, penuh suasana haru dengan tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin.
Nelayan berlayar arungi samudera
Menerang ombak berdebur kencang
Meski waktu berpisah telah tiba
Namun kenangan indah takkan pernah hilang(*)
Penulis Amanat Solikah Editor Azrohal Hasan