Penulis ‘Aalimah Qurrata A’yun (Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
PWMU.CO – Belum cukup pada Agustus, euforia kemerdekaan Indonesia tampaknya berlanjut di bulan September.
Kegiatan seperti jalan sehat, panggung gembira, bazar makanan, dan lain-lain masih banyak digelar pada permulaan bulan ini.
Di kalangan anak muda, Agustus ramai bersenandung dengan musik-musik karya Bernadya, seorang musisi perempuan yang sedang naik daun dengan ciri khas lagu berlirik galau.
Masih dalam euforia kemerdekaan, Agustus memiliki beraneka macam kisah dan kegiatan yang menyibukkan warga Indonesia.
Mulai dari pagelaran lomba-lomba, persiapan upacara kemerdekaan, berbagai aksi #kawalputusanMK, trendingnya figur Mulyono, hingga panggung gembira sebagai pemungkas bulan.
Agustus tampak menjadi bulan tersibuk warga Indonesia, namun demikian apakah September kemudian berleha-leha?
Dalam catatan peristiwa yang dimiliki Bangsa Indonesia, September tercatat sebagai bulan yang kelam.
Bagi mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat, #septemberhitam mulai digaungkan sedari awal mula pergantian bulan.
September Hitam merupakan julukan yang diberikan atas banyaknya tragedi kelam dan peristiwa pelanggaran HAM yang pernah terjadi.
Peristiwa-peristiwa tersebut di antaranya:
- Peristiwa 30 September pada tahun 1965-1966
- Tragedi Tanjung Priok pada (12/9/1984)
- Tragedi Semanggi II pada (24-28/9/1999)
- Pembunuhan Munir Said Thalib pada (7/9/2004)
- Wafatnya Salim Kancil (26/9/2015)
- Reformasi Dikorupsi (23-30/9/2019)
Pada belasan hingga puluhan tahun berselang, negara dianggap belum memenuhi kewajibannya untuk mewujudkan keadilan dan pemulihan bagi korban.
Peristiwa-peristiwa tersebut senantiasa dikawal oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia, terlebih oleh kelompok mahasiswa.
Dengan demikian, setelah Agustus dimeriahkan oleh euforia kemerdekaan dengan bersenang-senang, kini saatnya September kembali mengingat dan terus kawal tegaknya HAM.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan