Oleh: Moh Helman Sueb – Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat
PWMU.CO – Sejak Nabi Muhammad Saw diutus Allah Swt, sudah mengagetkan pembesar-pembesar Quraisy. Sebab apa yang dilakukannya sangat berbeda dan bertentangan dengan kebiasaan mereka. Mereka menyembah berhala, minum minuman keras, merampok, mencuri, berjudi sudah menjadi kebiasaan yang sudah mapan yang sulit diubah.
Ketika itu bangsa Arab merasa dalam kemapanan, baik dalam penyembahan pada berhala maupun tindakan-tindakan mereka yang menyalahi hukum, juga yang merusak diri mereka sendiri.
Sekali lagi mereka sangat sulit diarahkan pada jalan yang benar, sekalipun akan membawa kebahagiaan mereka juga. Hal ini disebabkan pengaruh dari perbuatan nenek moyang mereka, termasuk pembesar-pembesar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 170:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,’ mereka menjawab, ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami’. ‘(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?”.
Berkaitan dengan surat al-Baqarah ayat 170, ada beberapa kitab Tafsir yang memberikan penjelasan di antaranya:
Pertama, dalam tafsir Al-Muyassar.
Apabila kaum mukminin berkata menasihati orang-orang yang sesat, “Ikutilah oleh kalian apa yang diturunkan oleh Allah berupa al-Qur’an dan hidayah”.
Mereka justru terus-menerus mengikuti para pendahulu mereka yang menyekutukan Allah seraya berkata, “Kami tidak ingin mengikuti ajaran agama kalian. Sebaliknya kami hanya mau mengikuti apa saja yang kami dapati bapak-bapak kami melakukannya”. Apakah mereka akan mengikuti bapak-bapak mereka Meskipun mereka itu tidak memahami sedikit pun dari wahyu Allah dan tidak memperoleh petunjuk yang lurus?
Kedua, dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah di bawah pengawasan Syaikh Prof Dr Imad Zuhair Hafidz, Profesor Fakultas Al-Qur’an Universitas Islam Madinah.
Dijelaskan surat al-Baqarah ayat 170, bahwa jika orang-orang kafir dinasihati agar mengikuti jalan yang ditunjukkan al-Qur’an, mereka menolak seraya berkata: “Kami tidak akan mengikuti agama kalian, namun kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami.”
Maka Allah mengolok mereka: “Apakah mereka akan mengikuti nenek moyang mereka meski mereka itu kurang akal, tidak memiliki akal yang sehat yang dapat menghentikan mereka dari keburukan, dan tidak pula dapat menunjukkan mereka kepada kebaikan?”
Ketiga, di dalam Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram.
Kitab tersebut menjelaskan surat al-Baqarah ayat 170, sebagai berikut: Apabila dikatakan kepada orang-orang kafir itu, “Ikutilah petunjuk dan cahaya yang Allah turunkan,” mereka menjawab dengan disertai penentangan, “Kami akan mengikuti keyakinan dan tradisi yang dianut oleh leluhur kami.”
Apakah mereka akan tetap mengikuti leluhur mereka sekalipun para leluhur mereka itu tidak mengerti sedikit pun tentang petunjuk dan cahaya dari Allah, dan tidak mengikuti jalan kebenaran yang direstui oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari keterangan tiga tafsir tersebut bahwa orang-orang kafir tidak ingin mengubah keyakinan mereka, karena mereka mengikuti keyakinan nenek moyang, meskipun nenek moyang mereka tidak mengerti dan tidak mendapat petunjuk yang benar.
Mereka merasa nyaman mengikuti jejak nenek moyang mereka, meskipun jejak itu keliru. Mereka juga tidak menggunakan pikiran mereka untuk menimbang antara salah dan benar.
Inilah umat yang dihadapi Nabi Muhammad Saw pada saat itu, tetapi dia tetap berdakwah dan tidak putus asa. Keinginannya untuk mengubah perilaku bangsa Arab sangat tinggi, apalagi dia sebagai utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentu dia akan mendapatkan perlindungan dari-Nya.
Jika kita tarik benang merah dengan keadaan sekarang, mereka yang anti perubahan, ada beberapa sebab, antara lain: Mereka senang dalam kenyamanan meskipun dalam aktivitasnya bertentangan dengan ajaran agama Islam. Tidak menggunakan pikirannya, dalam mengikuti orang lain, akibatnya. Mereka sangat sulit kembali ke jalan yang benar.
Semoga kita termasuk orang yang mencintai perubahan, untuk mendapatkan jalan yang lurus dan diridai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sadar bahwa tanpa kesadaran untuk berubah, maka kita akan tertinggal dan jalan di tempat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat ar-Ra’du ayat 11:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”
Semoga bermanfaat untuk kemaslahatan umat. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah