PWMU.CO – “Pak Rofiq berhenti di saat yang tepat karena pensiun saat keadaan sekolah sedang baik-baik saja dan prestasinya sangat bagus,” ujar Prof Dr Biyanto MAg.
Hal itu ia ungkapkan saat memberikan pidato ilmiah pada Serah Terima Jabatan dan Pelantikan Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi), Selasa (3/9/2024).
“Sering kali pemimpin itu bagus saat take off tapi saat landing bermasalah,” sambungnya.
Tentu ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Pejuang kita berjuang terlebih dahulu dan di tengah-tengah perjuangan, tak jarang mereka dipenjarakan. Namun, akhirnya berhasil merdeka.
Akan tetapi, zaman sekarang tidak semuanya bagus. Saat ini, ada yang menjabat dulu baru dipenjara karena landingnya tidak bagus. Namun, SMP Musasi memiliki landing yang bagus.
Sekretaris PWM Jawa Timur, Prof Dr Biyanto MAg mengucapkan terima kasih kepada Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo masa jabatan 2013-2024, Drs Aunur Rofiq MSi bersama tim yang telah memajukan sekolah ini.
“Semoga terus berkhidmat di Muhammadiyah,” sambungnya.
Sistem Penilaian BAN
Dalam instrumen Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang baru, penilaian menekankan pada proses, sehingga yang dinilai kali ini ada tiga hal, yaitu pendidik dan proses pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, dan iklim sekolah.
Ia juga menekankan kepada Kepala SMP Musasi masa jabatan 2024-2028, Erna Herawati SPd MPd tentang pentingnya pendidik.
“Karena sekolah ini sudah mendapat kategori The Outstanding School, maka guru yang belum S2 silakan melanjutkan studinya. Apalagi sudah ada kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan potongan biaya pendidikan sebesar 50 persen,” sambungnya.
Para guru harus meningkatkan kualitas pendidikan mereka dengan melanjutkan pendidikan, setidaknya hingga memperoleh gelar magister.
Selanjutnya, dalam kepemimpinan kepala sekolah terdapat pengaruh sebesar 35-40 persen dalam instrumen penilaian.
“Saya rasa Kabupaten Sidoarjo bersama Prof Milal ini dapat melaksanakan Pendidikan Khusus Kepala Sekolah (Diksuspala) secara mandiri,” ujar lelaki yang akrab disapa Prof Bi.
Hadirnya Diksuspala dapat mengurangi kekhawatiran terkait minimnya penerus kepala sekolah baru.
Unsur penilaian yang ketiga yaitu Iklim Sekolah. “Saat pertama kali saya ke sini di awal kepemimpinan Pak Rofiq, SMP Musasi terlihat biasa saja berdasarkan kondisi fisiknya,” ujarnya.
“Oleh karena itu, kepala sekolah selanjutnya jangan mudah berputus asa untuk memajukan sekolah ini.
Terutama dalam mencari santri untuk Musasi Boarding School karena kita bisa mencari siswa di luar Sidoarjo.
Calon wali siswa pun merasa nyaman dengan iklim sekolah yang terbentuk antara SMP Musasi dengan persyarikatan,” tandasnya.
Cara Menjadi Bagian dari AUM
Selanjutnya, Prof Bi melanjutkan dengan mengangkat topik bagaimana caranya guru menjadi bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Terdapat empat cara agar kita menjadi bagian dari AUM.
Pertama, saat bekerja di AUM, loyalitas menjadi segalanya. Dalam agama, ini disebut dengan ihsan, yaitu memberi lebih daripada yang seharusnya diberikan dan mengambil lebih sedikit daripada yang seharusnya diambil.
Misalnya, gaji sebagai kepala sekolah sebesar 15 juta, diambil 14 juta dengan 1 juta untuk infak sekolah atau masuk pukul enam pagi hingga enam petang meskipun jam kerja dari 6.30 hingga 15.30.
Kedua, mengabdi di sekolah Muhammadiyah terutama sebagai pemimpin harus punya kemampuan leadership dan manajerial yang bagus.
“Maka dari itu Bu Erna, jangan pernah menyelenggarakan acara besar untuk sekolah ini. Hal tersebut juga meningkatkan kapasitas leadership dan manajerial kita,” sambungnya.
Ketiga, selalu meningkatkan wawasan. Guru sekarang terkadang kalah ulet dengan siswanya.
“Mahasiswa sekarang sudah bisa membuat 25 makalah menggunakan ChatGPT dalam satu waktu, sedangkan kapasitas dosen untuk mengoreksi semuanya belum tentu maksimal,” ujarnya.
Maka, kapasitas sebagai pendidik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran harus ditingkatkan.
Prof Bi juga mengutip perkataan dari Malik Fajar. “Jadi wong Islam, jadi wong Muhammadiyah itu yang luas, luas wawasannya, luas pandangannya, luas jaringannya, sehingga, ketika kita luas, maka kita menjadi luwes,” ucapnya.
Terakhir, bekerja di Muhammadiyah setiap langkah dan napas kita dapat dipahami sebagai sebuah perjuangan.
“Bekerja di Muhammadiyah selain mendapatkan gaji, kita juga mendapatkan pahala di sisi Allah. Oleh karena itu, menata hati itu penting saat bekerja di Muhammadiyah,” sambungnya.
Ia menutup pidato ilmiahnya dengan memberikan ciri-ciri orang bahagia. Ciri kebahagiaan yaitu ketika kita punya pekerjaan yang menyenangkan.
50 persen kebahagiaan kita terdapat di pekerjaan yang menyenangkan tersebut. 50 persen lainnya terdapat di rumah kita. Berupa pasangan kita yang serasi.
“Jika kita tidak menemukan kebahagiaan di dua tempat itu, maka kita akan mencari kebahagiaan di tempat yang tidak menyenangkan.
Jadi, ketika jadi guru, cintailah pekerjaan ini dan semoga kita juga diberikan keluarga yang terbaik untuk kita masing-masing,” pungkasnya.
Penulis Achmad Bagus Hendy Kurniawan Editor Zahra Putri Pratiwig