Levina Yustitianingtyas – Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya/Pengurus Posbakum PWA Jatim
PWMU.CO – Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berperan besar dalam pembangunan NKRI, hal ini terlihat dari berbagai sumbangsih yang telah diberikan Muhammadiyah dalam sistem pemerintahan Indonesia. Para kader Muhammadiyah tidak sedikit yang duduk dalam badan legislative negara atau beberapa kader Muhammadiayah menjadi pembantu presiden (Menteri/kabinet negara).
Peran Muhammadiyah hingga saat ini tidak perlu diragukan lagi dalam memajukan bangsa terutama di dunia pendidikan, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi Muhammadiyah yang di dirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan telah berkembang pesat mengikuti perubahan jaman bahkan saat ini Muhammadiyah berpotensi besar untuk menjadi organisasi Islam di dunia, hal ini terlihat dalam peran dari Muhammadiyah dalam berbagai isu-isu internasional (internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah). Partisipasi Muhammadiyah di tingkat internasional sebenarnya sudah mulai terlihat sejak awal berdirinya Muhammadiyah di tanggal 18 November 1918.
Secara umum, internasionalisasi merupakan proses berkembangnya kerjasama internasional dalam berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan, pendidikan, politik, budaya, dan sebagainya. Secara umum, Kerjasama internasional bisa diartikan sebagai hubungan internasional antar negara atau antar negara dengan organisasi internsional atau antar organisasi internasional dengan organisasi internasional yang memiliki kepentingan yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jika dikaitkan dengan subyek hukum internasinal maka Muhammadiyah bukanlah salah satu dari subyek hukum internasional karena Muhammadiyah bukanlah organisasi internasional.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja (Mochtar Kusumaatmadja&Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, 2016), subyek hukum internasional terdiri dari ; negara, organisasi internasional, palang merah internasional, tahta suci Vatikan, pemberontak dan individu. Dari beberapa subyek hukum internasional diatas maka dapat dikatakan bahwa Gerakan Muhammadiyah di tingkat internasional adalah atas nama negara Indonesia.
Mengutip dari laman Ibtimes. Muhammadiyah di abad kedua, melalui para pimpinan Muhammadiyah, mengagendakan gerakan internasionalisasi Muhammadiyah dengan tujuan agar semangat dari teologi al-Ma’un bisa dirasakan oleh masyarakat dunia. Muktamar Muhammadiyah yang ke 45 di Malang pada tahun 2005, merupakan awal mulanya gerakan internasionalisasi Muhammadiyah. Dibuktikan dengan kemampuan Muhammadiyah dalam mengembangkan dakwahnya sampai ke luar negeri melalui pendirian PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah). Jumlah PCIM sampai dengan tahun 2018 sebanyak 23 PCIM di lima benua yang tersebar di berbagai negara. Di benua Asia, ada negara seperti Malaysia, Jepang, Pakistan. Di benua Eropa, ada negara seperti Inggris, Belanda, Jerman, Prancis. Di benua Afrika, ada negara seperti Mesir, Sudan, Libya. Dan ada juga di Amerika dan Australia. Tentunya, PCIM tersebut akan terus bertambah seiring menyebarnya kader Muhammadiyah di seluruh dunia.
Masih dari laman Ibtimes, Muhammadiyah juga telah lama bekerja sama baik dengan berbagai kedutaan negara asing, khususnya dari Timur Tengah dalam hal pengembangan dakwah Islam seperti pendirian masjid dan penyebaran mubaligh ke pelosok negeri. Pada tahun 2012, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Moustafa bin Ibrahim bin Ali al-Mubarak, datang untuk melanjutkan kerjasama sebelumnya ke kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Tahun 2008, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menandatangani Nota Kesepahaman kerja sama untuk mengembangkan hubungan bidang pendidikan, kesehatan dasar, dan penanganan akibat bencana. Muhammadiyah turut berperan aktif dalam acara-acara internasional dalam isu perdamaian dunia dan kesejahteraan sosial, seperti; World Peace Forum yang pertama tahun 2006 di Jakarta dan World Peace Forum keempat tahun 2012 di Bogor.
Pada tahun 2006, Prof Din Syamsuddin terpilih menjadi Presiden Konferensi Dunia Agama Perdamaian World Conference on Religion for Peace (WCRP). Dan pada tahun 2008, dipercaya menjadi presiden sekaligus moderator Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) atau Konferensi Agama Perdamaian se-Asia. Pada tahun 2012, Ketum PP Muhammadiyah diundang untuk berpidato peringatan World Interfaith Harmony Week, di Markas PBB, New York, dan Muhammadiyah menjadi anggota International Contact Group (ICG) untuk Filipina, yaitu lembaga pendamping mediasi perdamaian konflik suku bangsa Moro dan Filipina.
Media Republika menulis terkait peran Muhammadiyah dalam tingkat internasional juga terlihat dalam memberikan pernyataan sikap atas konflik bersenjata yang terjadi di Palestina, Muhammadiyah turut terlibat menyelesaikan konflik Muslim Filipina beserta delapan unsur lain yang terdiri dari empat negara resmi dan empat organisasi non-pemerintah (NGO), kemudian dalam konflik Pattani, Thailand Selatan, Muhammadiyah telah membuat kesepakatan dengan 400 ulama setempat untuk revitalisasi pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan keuangan mikro. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Kesehatan, Prof Syafiq Mughni, dalam bidang manajemen bencana, mengungkapkan bahwa Muhammadiyah tak lagi diragukan meski kiprahnya luput dari sorotan media. Ia menyebut, misalnya, Muhammadiyah terlibat dalam perumusan kode etik relawan bersama NGO kerelawanan dunia.
Dalam bidang pendidikan di tingkatnya internasional, sampai sekarang sudah ada sekitar 300 mahasiswa Thailand dari empat provinsi di perbatasan selatan (data diambil dari vivanews) yang berkuliah di Universitas Muhammadiyah. Semua mahasiswa tersebut diberikan beasiswa dan mereka bukan hanya mempelajari agama tetapi juga bidang lain seperti manajemen, pertanian, farmasi dan kedokterran.
Beberapa kampus Muhammadiyah diketahui juga telah mengadakan pertukaran mahasiswa dengan kampus dari luar negeri. Perkembangan terbaru, Muhammadiyah berhasil mendirikan kampus pertamanya di luar negeri di Negara Malaysia yaitu Universitas Muhammadiyah Malaysia, yang sudah mulai beroprasi pada tahun 2021. Pendirian kampus tersebut merupakan wujud nyata dari Gerakan internasionalisasi yang diamanatkan pada Muktamar Muhammadiyah tahun 2015.
Berbagai gerakan dan usaha yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa, Muhammadiyah telah menunjukkan komitmen sebagai salah satu organisasi Islam di Indonesia yang terus berusaha membantu dalam kemajuan bangsa Indonesia serta turut berperan aktif dalam berbagai kegiatan atau berpartisipasi secara aktif di tingkat internasional yang tentu saja tidak lepas dari pedoman Al-Qur’an dan Hadist. Muhammadiyah terus berusaha menyebarkan syiar Islam agar manfaatnya dapat dirasakan hingga masyarakat internasional.
Editor Teguh Imami